BERITA MALUKU. Perajin penyulingan minyak kayu putih asal Kabupaten Maluku Barat Daya mengharapkan pemerintah daerah setempat memberikan merek dagang agar bisa dipasarkan ke publik di Maluku maupun ke provinsi lain di Indonesia.
"Perajin minyak kayu putih ini setiap kali mereka dambakan ada perhatian dari pemda setempat guna melihat hasil produk mereka sekaligus memberikan merek agar bisa dipasarkan keluar kabupaten," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan UKM Maluku Barat Daya (MBD), S Baker di Ambon, Selasa (7/2/2017).
Dia menjelaskan, sesuai hasil riset Balai Riset Industri dan Balai Pengobatan Obat dan Makanan (BPOM), minyak kayu putih MBD berkualitas terbaik di Maluku. Hanya saja belum begitu dikenal secara luas sebab belum bisa dipasarkan ke luar MBD.
"Masyarakat MBD khususnya di Pulau Babar sudah lama mengelola secara tradisional," ujarnya.
Karena itu, Dinas Indag MBD mengusahakan supaya mereka disentuh dengan teknologi lebih modern lagi dan dimasukan dalam sentra supaya mereka lebih berproduksi lebih baik.
Perajin ini memasak (penyulingan) daun minyak kayu putih ini masih di gunung-gunung. Karena itu mereka akan "ditarik" untuk turun ke pantai, dengan catatan proses pengambilan daun untuk diolah nanti diberikan saja kepada petani yang lain. Sedangkan pengrajin ini berkonsentrasi saja untuk penyulingan.
Hal ini dimaksudkan agar petani yang lain juga bisa berusaha dan mau bergabung untuk mengembangkan usaha ini.
Ditanya terkait lahan pohon kayu putih, Baker mengatakan, cukup luas, hampir di semua desa yang terdapat di Pulau Babar mempunyai kelompok.
"Yang jelas di Pulau Babar ini ada 20 kelompok penyulingan minyak kayu putih dengan anggota masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang," ujarnya.
Karena itu, kehadirannya di pameran dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) yang berlangsung di Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, sekaligus memamerkan hasil penyulingan minyak kayu putih asal MBD ini agar masyarakat luas bisa mengetahui kalau di MBD juga terdapat minyak kayu putih yang berkualitas baik.
Terkait hasil produksi tiap-tiap kelompok, kata dia, sekali menyuling bisa menghasilkan 10 liter minyak kayu putih. Karena itu peluang ke arah ini cukup menjanjikan masa depan.
Dia mengatakan, pendekatan dinas sekarang dalam hal pengembangan kedepan mulai dari penumbuhan wirausaha baru, pengembangan dan peningkatan lanjutan, untuk menumbuhkan mereka menjadi wira usaha baru.
"Kalau sudah jalan dengan baik kita lakukan pendampingan terus agar mereka bisa bertumbuh dan berkembang," katanya.
Dinas juga sudah pernah membantu pendampingan dengan menghadirkan riset dari Balai Industri dan BPOM Maluku di samping memberikan bantuan berupa ketel tempat penyulingan sebanyak 10 unit. Rencananya tahun ini akan ada bantuan lagi sebab sudah ada usulan anggaran masuk ke APBD tahun 2017.
"Pokoknya perajin penyulingan minyak kayu putih di daerah yang satu ini sangat mendambakan merek agar mereka bisa pasarkan ke luar MBD," ujarnya.
"Perajin minyak kayu putih ini setiap kali mereka dambakan ada perhatian dari pemda setempat guna melihat hasil produk mereka sekaligus memberikan merek agar bisa dipasarkan keluar kabupaten," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan UKM Maluku Barat Daya (MBD), S Baker di Ambon, Selasa (7/2/2017).
Dia menjelaskan, sesuai hasil riset Balai Riset Industri dan Balai Pengobatan Obat dan Makanan (BPOM), minyak kayu putih MBD berkualitas terbaik di Maluku. Hanya saja belum begitu dikenal secara luas sebab belum bisa dipasarkan ke luar MBD.
"Masyarakat MBD khususnya di Pulau Babar sudah lama mengelola secara tradisional," ujarnya.
Karena itu, Dinas Indag MBD mengusahakan supaya mereka disentuh dengan teknologi lebih modern lagi dan dimasukan dalam sentra supaya mereka lebih berproduksi lebih baik.
Perajin ini memasak (penyulingan) daun minyak kayu putih ini masih di gunung-gunung. Karena itu mereka akan "ditarik" untuk turun ke pantai, dengan catatan proses pengambilan daun untuk diolah nanti diberikan saja kepada petani yang lain. Sedangkan pengrajin ini berkonsentrasi saja untuk penyulingan.
Hal ini dimaksudkan agar petani yang lain juga bisa berusaha dan mau bergabung untuk mengembangkan usaha ini.
Ditanya terkait lahan pohon kayu putih, Baker mengatakan, cukup luas, hampir di semua desa yang terdapat di Pulau Babar mempunyai kelompok.
"Yang jelas di Pulau Babar ini ada 20 kelompok penyulingan minyak kayu putih dengan anggota masing-masing kelompok terdiri dari 10 orang," ujarnya.
Karena itu, kehadirannya di pameran dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) yang berlangsung di Kota Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, sekaligus memamerkan hasil penyulingan minyak kayu putih asal MBD ini agar masyarakat luas bisa mengetahui kalau di MBD juga terdapat minyak kayu putih yang berkualitas baik.
Terkait hasil produksi tiap-tiap kelompok, kata dia, sekali menyuling bisa menghasilkan 10 liter minyak kayu putih. Karena itu peluang ke arah ini cukup menjanjikan masa depan.
Dia mengatakan, pendekatan dinas sekarang dalam hal pengembangan kedepan mulai dari penumbuhan wirausaha baru, pengembangan dan peningkatan lanjutan, untuk menumbuhkan mereka menjadi wira usaha baru.
"Kalau sudah jalan dengan baik kita lakukan pendampingan terus agar mereka bisa bertumbuh dan berkembang," katanya.
Dinas juga sudah pernah membantu pendampingan dengan menghadirkan riset dari Balai Industri dan BPOM Maluku di samping memberikan bantuan berupa ketel tempat penyulingan sebanyak 10 unit. Rencananya tahun ini akan ada bantuan lagi sebab sudah ada usulan anggaran masuk ke APBD tahun 2017.
"Pokoknya perajin penyulingan minyak kayu putih di daerah yang satu ini sangat mendambakan merek agar mereka bisa pasarkan ke luar MBD," ujarnya.