AMBON - BERITA MALUKU. Doni Munardo, yang saat ini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI melancunging secara langsung Buku "Merawat Perdamaian" 20 Tahun Pasca Konflik, yang digagas oleh berbagai tokoh Maluku, diantaranya Mantan Ketua MPH Sinode GPM, Jhon Ruhulesin, Dr. Abidin Wakano.
Launching yang berlangsung di aula Rektorat Unpatti, Rabu (11/12/2019), turut dihadiri Rektor Unpatti MJ Sapteno, Plt Asisten II setda Maluku bidan kesejahteraan sosial, Froena Koedoeboen, Kepala Perpustakaan dan kearsipan Provinsi Maluku, Mustafa Sangadji.
Dalam sambutannya, Mantan Pangdam XVI Pattimura ini, mengungkapkan kebahagiannya turut terlibat dalam peresmian buku ini.
"Saya merasa bahagia, saya pikir ini sebuah momentum yang sangat baik bagi kita semua, karena membuat atau menciptakan perdamaian tanpa dirawat rasanya sangat sulit," ujarnya.
Dirinya mengutarakan, banyak persoalan yang terjadi di berbagai Indonesia justru berdampak terhadap pembangunan, tercabik-baiknya kohesi nasional dan menimbulkan ketidakseimbangan peradaban. sehingga dendam itu akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
"Tetapi hari ini, kita menyaksikan sebuah sejarah, mereka yg pernah berkonflik bisa berdamai, dan ini tidak mungkin tercapai tanpa ada sebuah semangat bagi warga maluku yang terlibat konflik," ucapnya.
Dirinya menyadari, akibat konglik terhitung 19 januari 1999 - 2004 menimbulkan korban jiwa yang sangat besar, terbanyak akibat konflik di dunia dalam waktu yg sangat singkat.
Tetapi menurutnya, pasca konflik ada perubahan yang luar biasa, terlihat pertumbuhan ekonomi Maluku mengalami peningkatan yang cukup signifikan walaupun masih ada beberapa daerah yang tingkat kemiskinannya masih tinggi, tetapi ada hal yang menarik yaitu, tingkat kebahagian Maluku ternyata menduduki peringkat pertama di Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, perdamaian yang terjadi tidak lepas dari kearifan "lokal Potong Dikuku rasa di Daging, Ale Rasa Beta Rasa, Sagu Salempeng di potong dua,". Hal ini menunjukan, bahwa warga Maluku adalah sebuah komunitas yang sangat memperhatikan hubungan antar orang basudara.
"Olehnya, buku ini sangat penting karena bisa menjadi pelajaran bagi banyak pihak bukan hanya kita, tetapi dan masyarakat di daerah lainnya, yang mengalami persoalan seperti ini," ungkapnya.
Ia berupaya untuk menterjamahkan buku ini dalam beberapa bahasa untuk bisa dikenal dan diketahui oleh banyak pihak diluar Indonesia.
Launching yang berlangsung di aula Rektorat Unpatti, Rabu (11/12/2019), turut dihadiri Rektor Unpatti MJ Sapteno, Plt Asisten II setda Maluku bidan kesejahteraan sosial, Froena Koedoeboen, Kepala Perpustakaan dan kearsipan Provinsi Maluku, Mustafa Sangadji.
Dalam sambutannya, Mantan Pangdam XVI Pattimura ini, mengungkapkan kebahagiannya turut terlibat dalam peresmian buku ini.
"Saya merasa bahagia, saya pikir ini sebuah momentum yang sangat baik bagi kita semua, karena membuat atau menciptakan perdamaian tanpa dirawat rasanya sangat sulit," ujarnya.
Dirinya mengutarakan, banyak persoalan yang terjadi di berbagai Indonesia justru berdampak terhadap pembangunan, tercabik-baiknya kohesi nasional dan menimbulkan ketidakseimbangan peradaban. sehingga dendam itu akan berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
"Tetapi hari ini, kita menyaksikan sebuah sejarah, mereka yg pernah berkonflik bisa berdamai, dan ini tidak mungkin tercapai tanpa ada sebuah semangat bagi warga maluku yang terlibat konflik," ucapnya.
Dirinya menyadari, akibat konglik terhitung 19 januari 1999 - 2004 menimbulkan korban jiwa yang sangat besar, terbanyak akibat konflik di dunia dalam waktu yg sangat singkat.
Tetapi menurutnya, pasca konflik ada perubahan yang luar biasa, terlihat pertumbuhan ekonomi Maluku mengalami peningkatan yang cukup signifikan walaupun masih ada beberapa daerah yang tingkat kemiskinannya masih tinggi, tetapi ada hal yang menarik yaitu, tingkat kebahagian Maluku ternyata menduduki peringkat pertama di Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan, perdamaian yang terjadi tidak lepas dari kearifan "lokal Potong Dikuku rasa di Daging, Ale Rasa Beta Rasa, Sagu Salempeng di potong dua,". Hal ini menunjukan, bahwa warga Maluku adalah sebuah komunitas yang sangat memperhatikan hubungan antar orang basudara.
"Olehnya, buku ini sangat penting karena bisa menjadi pelajaran bagi banyak pihak bukan hanya kita, tetapi dan masyarakat di daerah lainnya, yang mengalami persoalan seperti ini," ungkapnya.
Ia berupaya untuk menterjamahkan buku ini dalam beberapa bahasa untuk bisa dikenal dan diketahui oleh banyak pihak diluar Indonesia.