BERITA MALUKU. Persatuan Da'i Muda (PERSADA) Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Senin (20/8) kemarin menggelar aksi demo di depan Kantor Bupati Bursel, mereka mengutuk keras kasus penganiayaan dan pemerkosaan yang terjadi di RSUD Namrole pada Kamis (16/8) kemarin.
Kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Rijal yang saat itu dalam kondisi mabuk terhadap salah satu pegawai RSUD Namrole berinisial SK (24) yang saat itu sedang melaksanakan tugas piket malam.
Atas peristiwa itu, korban sampai saat ini sedang menjalani perawatan medis, sedangkan pelaku telah diamankan untuk diproses hukum.
Terhadap kasus tersebut, demo yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PERSADA Kabupaten Bursel, Ustad Ilham Marasauli serta Sekretarisnya Rajab Polpoke serta pihak keluarga korban berlangsung di depan Kantor DPRD setempat.
Pantauan media ini, sebelumnya, puluhan pendemo ke Kantor Bupati sekitar pukul 10.00 wit dengan menggunakan mobil pick up dilengkapi pengeras suara.
Ustad Ilham Marasauli dalam orasinya mendesak pelaku pemerkosaan harus dijerat dengan hukuman seberat-beratnya.
Menurut Marasauli, PERSADA turun ke jalan untuk menggelar aksi ini karena insiden yang terjadi di Rumah Sakit itu telah membuat resah dan miris masyarakat di Kabupaten Bursel. Olehnya itu, PERSADA berharap dukungan yang tinggi dari seluruh masyarakat Kabupaten Bursel bahwa aksi yang mereka lakukan ini sebagai bentuk ajakan untuk tidak membiarkan kasus semacam ini terulang lagi.
"Kami mengajak untuk kita semua tidak membiarkan kejahatan, kita tidak membiarkan pemerkosaan, penganiayaan yang menimpah siapa saja, apalagi korban ini adalah seorang yatim," tuturnya.
Lanjutnya menyoroti manajemen di Rumah Sakit dibawa kepemimpinan Sabaha Patah yang dinilai perlu dievaluasi karena masyarakat yang datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan kesembuhan dan bukan mendapatkan penganiayaan dan pemerkosaan.
"Pemda dan DPRD dapat melihat persoalan ini karena manajemen rumah sakit dapat dikatakan sangat amburadul dan harus diperbaiki. Mengapa rumah sakit tempat orang sakit untuk orang berlindung meminta perlindungan, tapi orang sehat yang kena (diperkosa). Kenapa, karena manajemen rumah sakit harus diperbaiki," tandasnya.
Berorasi kurang lebih satu jam, Kasat Pol.PP Asnawi Gay menemui mereka dan mempersilahkan pendemo menemui Sekda Syahroel E Pawa di ruangan kerjanya pada pukul 11.00 WIT.
Dalam pertemuan dengan Sekda itu, perwakilan PERSADA dan keluarga korban menyampaikan berbagai aspirasi mereka dan dilanjutkan dengan pembacaan sembilan butir pernyataan sikap mereka oleh Marasauli, yang terdiri dari,
Pertama, mengutuk keras penganiayaan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang remaja laki-laki terhadap perawat RSUD Namrole di Kota Namrole, Kabupaten Bursel.
Kedua, Mengutuk keras lemahnya manajemen rumah sakit sehingga aktivitas konsumsi minuman keras dapat terjadi di lingkungan RSUD Namrole.
Ketiga, meminta kepada Bupati untuk mengevaluasi kinerja Direktur RSUD Namrole. Keempat, mendesak lembaga DPRD Kabupaten Bursel agar segera mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Larangan Peredaran Minuman Keras (Miras), karena bebasnya peredaran miras telah membawa dampak yang sangat merugikan banyak pihak.
Kelima, mendesak Bupati Bursel agar segera mencabut izin operasional sekaligus menutup semua tempat-tempat prostitusi yang ada di Kota Namrole.
Keenam, mendesak Bupati Bursel untuk melarang beredarnya miras di tempat-tempat wisata. Ketujuh, mendesak aparat penegak hukum untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada saudara pelaku.
Kedelapan, meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bursel untuk memperhatikan nasib serta masa depan korban. Kesembilan, meminta kepada Kapolsek Namrole untuk melakukan sweeping miras yang beredar di tengah-tengah masyarakat secara rutin dan massif.
Terhadap tuntutan itu, Sekda mengatakan bahwa setelah insiden itu pihaknya sudah langsung menjenguk korban dan pihaknya sudah memberikan garansi bahwa apabila dari kesimpulan dokter, korban harus dirujuk ke Ambon maka pihaknya akan memfasilitasinya.
"Hari itu kami sudah langsung menjenguk korban, nanti kesimpulan dokter, apakah bisa ditangani disini atau harus dirujuk ke Ambon, kalau harus dirujuk, maka kami akan memfasilitasi," jelas Pawa.
Pawa mengaku mengapresiasi kerja cepat pihak kepolisian Polsek Namrole dibawa komando AKP Yamin Selayar yang telah berhasil mengungkap pelaku dan telah memprosesnya sesuai hukum yang berlaku.
Sikapi desakan agar menggantikan Direktur RSUD Namrolle, Sabaha Patah, Sekda mengaku bahwa memang Sabah telah pension tapi sementara dialihfungsikan ke fungsioanl sambil pihaknya mencari seorang dokter yang tepat untuk menjabat sebagai Direktur di Rumah Sakit tersebut.
Pawa katakan sebenarnya telah dianggarkan pembiayaan bagi delapan orang petugas Satpam atau security di rumah sakit itu, tetapi memang ada sisi manajerial yang harus diperbaiki kedepannya sehingga insiden-insiden semacam ini tak perlu terulang.
Masih Pawa dan berjanji akan menyampaikan pernyataan sikap pendemo ini ke Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulissa untuk dapat diresponi.
Usai dengan Sekda, para pendemo kemudian meninggalkan Kantor Bupati pada pukul 11.20 WIT dan melanjutkan aksi mereka di DPRD Kabupaten Bursel sekitar pukul 11.30 WIT.
Kedatangan mereka di gedung wakil rakyat itu tidak berhasil menemui para wakil rakyat lantaran semua anggota DPRD Kabupaten Bursel sementara berada diluar daerah dalam rangka melaksanakan tugas.(AZMI)
Kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Rijal yang saat itu dalam kondisi mabuk terhadap salah satu pegawai RSUD Namrole berinisial SK (24) yang saat itu sedang melaksanakan tugas piket malam.
Atas peristiwa itu, korban sampai saat ini sedang menjalani perawatan medis, sedangkan pelaku telah diamankan untuk diproses hukum.
Terhadap kasus tersebut, demo yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum PERSADA Kabupaten Bursel, Ustad Ilham Marasauli serta Sekretarisnya Rajab Polpoke serta pihak keluarga korban berlangsung di depan Kantor DPRD setempat.
Pantauan media ini, sebelumnya, puluhan pendemo ke Kantor Bupati sekitar pukul 10.00 wit dengan menggunakan mobil pick up dilengkapi pengeras suara.
Ustad Ilham Marasauli dalam orasinya mendesak pelaku pemerkosaan harus dijerat dengan hukuman seberat-beratnya.
Menurut Marasauli, PERSADA turun ke jalan untuk menggelar aksi ini karena insiden yang terjadi di Rumah Sakit itu telah membuat resah dan miris masyarakat di Kabupaten Bursel. Olehnya itu, PERSADA berharap dukungan yang tinggi dari seluruh masyarakat Kabupaten Bursel bahwa aksi yang mereka lakukan ini sebagai bentuk ajakan untuk tidak membiarkan kasus semacam ini terulang lagi.
"Kami mengajak untuk kita semua tidak membiarkan kejahatan, kita tidak membiarkan pemerkosaan, penganiayaan yang menimpah siapa saja, apalagi korban ini adalah seorang yatim," tuturnya.
Lanjutnya menyoroti manajemen di Rumah Sakit dibawa kepemimpinan Sabaha Patah yang dinilai perlu dievaluasi karena masyarakat yang datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan kesembuhan dan bukan mendapatkan penganiayaan dan pemerkosaan.
"Pemda dan DPRD dapat melihat persoalan ini karena manajemen rumah sakit dapat dikatakan sangat amburadul dan harus diperbaiki. Mengapa rumah sakit tempat orang sakit untuk orang berlindung meminta perlindungan, tapi orang sehat yang kena (diperkosa). Kenapa, karena manajemen rumah sakit harus diperbaiki," tandasnya.
Berorasi kurang lebih satu jam, Kasat Pol.PP Asnawi Gay menemui mereka dan mempersilahkan pendemo menemui Sekda Syahroel E Pawa di ruangan kerjanya pada pukul 11.00 WIT.
Dalam pertemuan dengan Sekda itu, perwakilan PERSADA dan keluarga korban menyampaikan berbagai aspirasi mereka dan dilanjutkan dengan pembacaan sembilan butir pernyataan sikap mereka oleh Marasauli, yang terdiri dari,
Pertama, mengutuk keras penganiayaan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang remaja laki-laki terhadap perawat RSUD Namrole di Kota Namrole, Kabupaten Bursel.
Kedua, Mengutuk keras lemahnya manajemen rumah sakit sehingga aktivitas konsumsi minuman keras dapat terjadi di lingkungan RSUD Namrole.
Ketiga, meminta kepada Bupati untuk mengevaluasi kinerja Direktur RSUD Namrole. Keempat, mendesak lembaga DPRD Kabupaten Bursel agar segera mengeluarkan Peraturan Daerah tentang Larangan Peredaran Minuman Keras (Miras), karena bebasnya peredaran miras telah membawa dampak yang sangat merugikan banyak pihak.
Kelima, mendesak Bupati Bursel agar segera mencabut izin operasional sekaligus menutup semua tempat-tempat prostitusi yang ada di Kota Namrole.
Keenam, mendesak Bupati Bursel untuk melarang beredarnya miras di tempat-tempat wisata. Ketujuh, mendesak aparat penegak hukum untuk memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada saudara pelaku.
Kedelapan, meminta kepada Pemerintah Kabupaten Bursel untuk memperhatikan nasib serta masa depan korban. Kesembilan, meminta kepada Kapolsek Namrole untuk melakukan sweeping miras yang beredar di tengah-tengah masyarakat secara rutin dan massif.
Terhadap tuntutan itu, Sekda mengatakan bahwa setelah insiden itu pihaknya sudah langsung menjenguk korban dan pihaknya sudah memberikan garansi bahwa apabila dari kesimpulan dokter, korban harus dirujuk ke Ambon maka pihaknya akan memfasilitasinya.
"Hari itu kami sudah langsung menjenguk korban, nanti kesimpulan dokter, apakah bisa ditangani disini atau harus dirujuk ke Ambon, kalau harus dirujuk, maka kami akan memfasilitasi," jelas Pawa.
Pawa mengaku mengapresiasi kerja cepat pihak kepolisian Polsek Namrole dibawa komando AKP Yamin Selayar yang telah berhasil mengungkap pelaku dan telah memprosesnya sesuai hukum yang berlaku.
Sikapi desakan agar menggantikan Direktur RSUD Namrolle, Sabaha Patah, Sekda mengaku bahwa memang Sabah telah pension tapi sementara dialihfungsikan ke fungsioanl sambil pihaknya mencari seorang dokter yang tepat untuk menjabat sebagai Direktur di Rumah Sakit tersebut.
Pawa katakan sebenarnya telah dianggarkan pembiayaan bagi delapan orang petugas Satpam atau security di rumah sakit itu, tetapi memang ada sisi manajerial yang harus diperbaiki kedepannya sehingga insiden-insiden semacam ini tak perlu terulang.
Masih Pawa dan berjanji akan menyampaikan pernyataan sikap pendemo ini ke Bupati Bursel, Tagop Sudarsono Soulissa untuk dapat diresponi.
Usai dengan Sekda, para pendemo kemudian meninggalkan Kantor Bupati pada pukul 11.20 WIT dan melanjutkan aksi mereka di DPRD Kabupaten Bursel sekitar pukul 11.30 WIT.
Kedatangan mereka di gedung wakil rakyat itu tidak berhasil menemui para wakil rakyat lantaran semua anggota DPRD Kabupaten Bursel sementara berada diluar daerah dalam rangka melaksanakan tugas.(AZMI)