BERITA MALUKU. Untuk mendorong majunya sektor pariwisata di Provinsi Maluku, Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Maluku menggelar rapat koordinasi dengan berbagai intansi teknis terkait di lingkup Pemerintah Provinsi Maluku.
Para pimpinan atau perwakilan dari Dinas Pariwisata di 11 kabupaten/kota se-Provinsi Maluku turut dilibatkan dalam kegiatan ini, dan juga menghadirkan sejumlah perwakilan komunitas pelaku usaha ekonomi kreatif Maluku, seperti komunitas kriya, komunitas kuliner, komunitas musik, dan komunitas fashion.
Mereka dihadirkan untuk membahas sekaligus saling memberikan penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi kreatif di daerah demi mengembangkan dunia kepariwisataan di provinsi julukan seribu pulau ini.
Dalam rapat koordinasi yang digelar di Aula Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Rabu (28/2/2018) itu, juga dihadirkan salah satu staf Badan Ekonomi Kreatif (Be-Kraf) RI yang diwakili Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Eko yang juga bertindak selaku salah satu pembicara pada kegiatan tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Habiba Saimima dalam keterangannya menyatakan, kegiatan rapat koordinasi yang bertemakan: 'Optimalisasi Sektor Ekonomi Kreatif Dalam Mendorong Pengembangan Pariwisata di Maluku' ini merupakan kali pertama dilaksanakan pihaknya.
Dikatakan, sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait ikut dilibatkan dalam kegiatan dimaksud termasuk pihak BeKraf Pusat yang dijadikan sebagai narasumber. Ini menandakan bahwa dalam konsep pengembangan di daerah ini pihaknya harus dapat bersinergi dengan sektor ekonomi kreatif bahkan sebaliknya.
Ekonomi kreatif secara umum merupakan sektor yang memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari bakat, inovasi dan kreatifitas dari orang-orang seperti kerajinan tangan, seni musik, seni pertujunkan, fashion, kuliner dan lainnya yang bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Untuk itulah, hal ini perlu didorong dari setiap individu yang ada di daerah ini, sehingga menciptakan kesejahteraan dan membuka lapangan kerja bagi pihak lain, tentunya dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya alam yang ada agar dikelola secara bijaksana serta mampu menciptakan identitas masing-masing dengan kekayaan khas alam yang dimilik, seperti membuat produk kreatif kain tenun atau patung Tanimbar, Embal Maluku Tenggara, Kerang Batu Merah, tarian bambu gila, masakan khas daerah dan lainnya. (e)
Para pimpinan atau perwakilan dari Dinas Pariwisata di 11 kabupaten/kota se-Provinsi Maluku turut dilibatkan dalam kegiatan ini, dan juga menghadirkan sejumlah perwakilan komunitas pelaku usaha ekonomi kreatif Maluku, seperti komunitas kriya, komunitas kuliner, komunitas musik, dan komunitas fashion.
Mereka dihadirkan untuk membahas sekaligus saling memberikan penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi kreatif di daerah demi mengembangkan dunia kepariwisataan di provinsi julukan seribu pulau ini.
Dalam rapat koordinasi yang digelar di Aula Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Rabu (28/2/2018) itu, juga dihadirkan salah satu staf Badan Ekonomi Kreatif (Be-Kraf) RI yang diwakili Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Eko yang juga bertindak selaku salah satu pembicara pada kegiatan tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Habiba Saimima dalam keterangannya menyatakan, kegiatan rapat koordinasi yang bertemakan: 'Optimalisasi Sektor Ekonomi Kreatif Dalam Mendorong Pengembangan Pariwisata di Maluku' ini merupakan kali pertama dilaksanakan pihaknya.
Dikatakan, sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait ikut dilibatkan dalam kegiatan dimaksud termasuk pihak BeKraf Pusat yang dijadikan sebagai narasumber. Ini menandakan bahwa dalam konsep pengembangan di daerah ini pihaknya harus dapat bersinergi dengan sektor ekonomi kreatif bahkan sebaliknya.
Ekonomi kreatif secara umum merupakan sektor yang memanfaatkan pengetahuan yang diperoleh dari bakat, inovasi dan kreatifitas dari orang-orang seperti kerajinan tangan, seni musik, seni pertujunkan, fashion, kuliner dan lainnya yang bisa dijadikan alternatif untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Untuk itulah, hal ini perlu didorong dari setiap individu yang ada di daerah ini, sehingga menciptakan kesejahteraan dan membuka lapangan kerja bagi pihak lain, tentunya dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya alam yang ada agar dikelola secara bijaksana serta mampu menciptakan identitas masing-masing dengan kekayaan khas alam yang dimilik, seperti membuat produk kreatif kain tenun atau patung Tanimbar, Embal Maluku Tenggara, Kerang Batu Merah, tarian bambu gila, masakan khas daerah dan lainnya. (e)