Penulis : Hendra
Kamis 30 November 2017
Probolinggo,kraksaanonline.com -Seiring dengan semakin besarnya permintaan kopi organik jenis arabika untuk pasar domestik maupun internasional, keberadaan Kelompok Tani (Poktan) Rejeki 17 di Dusun Pesapen Desa Watu Panjang Kecamatan Krucil sebagai pelaksana pilot project Program Desa Pertanian Organik semakin diharapkan untuk lolos inspeksi dan segera meraih sertifikat organik.
Hal ini disampaikan oleh Ebi Rulianti, staf Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI saat mengunjungi Poktan Rejeki 17 (R17) bersama Tim Desa Organik (DO) dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) yang dipimpin oleh Ardi Praptono, Selasa (28/11/2017) pagi.
Ebi menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan tim monitoring evaluasi Ditjen Perkebunan Kementan pada bulan Oktober yang lalu. Kunjungan kali ini selain ingin melihat secara nyata seberapa jauh pelaksanaan program Desa Pertanian dan permasalahannya juga untuk droping beberapa bantuan alat dari Kementan.
"Sekaligus kami serahkan 9 unit alat penunjang yaitu mulai dari alat pengelolaan kotoran ternak untuk kebutuhan pupuk organik sampai alat produksi kopi pasca panen serta alat packing produk," katanya.
Lebih lanjut salah satu penanggung jawab Program Desa Pertanian Organik ini berharap agar alat ini bisa dikelola dengan baik oleh kelompok tani sehingga mampu lebih meningkatkan lagi kapasitas produksi dan kualitas produksi. Jadi nantinya, Poktan R17 tidak hanya maksimal di pengelolaan lahan perkebunan saja, tapi juga maksimal dalam pengelolaan pasca panennya.
"Poktan Rejeki 17 harus bersyukur berhasil terpilih dari sekian banyak kelompok tani perkebunan di Indonesia. Saya ingin saat kunjungan berikutnya alat-alat ini masih ada, terawat dengan baik dan dioperasikan seperti yang diharapkan," tandas Ebi
Ardi Praptono pun turut mengapresiasi prestasi yang dimiliki oleh Poktan R17. Dimana hal tersebut juga didukung adanya sinergitas yang baik dari beberapa pihak. Adanya pendamping yang kompeten didalamnya juga dinilai memiliki peran yang besar. "Dengan modal ini saya yakin Poktan Rejeki 17 akan mampu meraih sertifikat organik dari PT Biocert Indonesia," katanya.
Dalam kesempatan itu Ardi mengemukakan bahwa peluang pasar untuk kopi arabika organik maupun non organik telah terbuka lebar, khususnya kopi organic. Menurutnya, kuota yang telah ditentukan untuk Jawa Timur yaitu sebesar 200 ton per tahun, sementara kebun kopi yang mengacu pada tata kelola organik di Jawa Timur hanya di Kabupaten Probolinggo yaitu Kecamatan Krucil.
"Sekarang tergantung petani, tim pendamping dan pemerintah setempat untuk senantiasa mendorong dan memotivasi Poktan Rejeki 17 untuk menjawab tantangan ini. Adanya bantuan alat dari Kementan ini kami harap bisa dikelola dengan baik untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas" harapnya.
Sementara Budi Harianto, Camat Krucil yang turut mendampingi kunjungan itu mengisahkan bahwa pihaknya secara intens senantiasa mendorong dan mengawasi jalannya Program Pertanian Desa Organik ini. Sejak di awal pelaksanaanya pihaknya selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan program tersebut.
"Awalnya berat, namun bersama tim yang hebat ini setiap kendala dan permasalahan yang kami temui selalu bisa terselesaikan dengan baik," timpal Budi.
Sedangkan untuk menyikapi tentang adanya peluang besar pada komoditi kopi arabika Kecamatan Krucil, pria asal Kota Kraksaan ini memasang target 100 hektar untuk luasan lahan pengembangan kopi arabika. Saat ini yang terkelola dengan baik hanya di Desa Watupanjang dengan luas 37,02 ha, sementara tercatat total 100 hektar lokasi kebun kopi masyarakat yang terbagi di beberapa desa lainnya.
"Kami juga berencana akan membentuk asosiasi petani kopi agar proses jual belinya hanya melalui satu pintu, supaya tidak ada permainan harga. Dengan itu maka akan sangat memungkinkan bagi petani untuk mendapatkan harga maksimal dari para eksportir," pungkasnya. (dra)
//