BERITA MALUKU. Budayawan Maluku, Dino Umahuk kembali diundang sebagai peserta pada pertemuan sastra internasional di penghujung Tahun 2017. Pada perhelatan sastra bertajuk Pertemuan Penyair Nusantara (PPN X) yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Banten (DKB) ini, Dino turut diundang bersama 29 penyair Indonesia serta para penyair ternama dari empat negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Mereka akan mencari siasat terbaik untuk ikut mendorong terciptanya perdamaian dunia melalui puisi.
Kepada media ini, Kamis (30/11/2017) Dino Umahuk menyampaikan, bahwa di tengah merebaknya konflik, kekerasan, dan perang di sejumlah negara, sudah sepatutnya mendapatkan empati, kepedulian, dan sikap dari kita sebagai penyair. Benturan berdarah di Myanmar, Irak, Libya, Suriah, Mesir, Prancis, Inggris, dan di kawasan lainnya semakin menambah luka sejarah peradaban manusia.
"Khusus dalam kasus Myanmar, di bumi Asia Tenggara itu, memang ada sejumlah faktor penyebab yang menyulut terjadinya konflik di kawasan tersebut, tapi justru karena itulah kita sebagai penyair perlu menyumbangkan pandangan dan solusi untuk mengakhiri konflik tersebut dan kalau bisa mencegahnya secara abadi agar tidak terjadi kekerasan di masa yang akan datang melalui kata-kata dan bahasa, yang dalam hal ini puisi," katanya.
Dino yang baru saja selesai mengikuti program Residensi Sastrawan Berkarya di berbatasan Kalimantan Barat dan Negara Bagian Serawak Malaysia ini mengatakan, puisi sesungguhnya dapat menjadi media dan jembatan yang strategis untuk menyuarakan pandangan dan kepedulian kita untuk menyikapi sejumlah konflik dan perang di belahan dunia ini dalam rangka mengumandangkan welas-asih dan melantangkan suara-suara kemanusiaan.
"Kita perlu menyuarakan keprihatinan dan sikap kita terhadap banyak kekerasan dan perang," serunya.
Penanggung jawab PPN X yang juga Ketua Umum DKB, Chavchay Syaifullah mengatakan, tema tersebut dipilih guna ikut menguatkan wacana tentang pentingnya perdamaian dunia dan mengakhiri berbagai bentuk kekerasan di berbagai belahan dunia.
Menurut Chavchay, para penyair yang akan menjadi nara sumber simposium adalah Shamsuddin Othman (Malaysia), Syarifah Yatiman (Singapura), Mahroso Doloh (Thailand), Sheikh Mansor (Brunei Darussalam), dan Nuruddin Asyhadie (Indonesia).
Selain itu, tambah Chavchay, Panitia PPN X juga akan menggelar Seminar Internasional Metode Mutakhir Pengajaran Bahasa dan Sastra (khusus untuk guru dan dosen bahasa dan sastra Banten), dengan pembicara Prof Dr Suminto A. Sayuti (Indonesia), Prof Dr Nik Rakib bin Nik Hasan (Thailand), Dr Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), Prof Zefri Ariff (Brunei), dan Djamal Tukimin MA (Singapura), dengan moderator Ahmadun Yosi Herfanda.
Seminar ini akan diadakan pada Ahad (17/12) di Gedung Prof Sjadzili Hasan, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Penyair sekaligus Ketua Umum Dewan Kesenian Banten ini mengisahkan bahwa kata memiliki kekuatan yang tak dapat kita ukur. Dan pada kekuatan kata inilah terletak tanggung jawab para penyair, lebih-lebih lagi para penerjemah, karena satu kesalahan samar saja dapat memicu
kesalahpahaman yang berbahaya.
"Betapa puisi dalam kehidupan manusia adalah 'ruh' dan 'jiwa' kehidupan manusia itu sendiri, dan karena itu pula betapa pentingnya 'puisi' dijaga dari upaya-upaya untuk menjadikannya sebagai alat destruksi dan menjadi media-media kezaliman dan praktik-praktik tidak kreatif yang
akan 'melukai' kemanusiaan manusia," hemat Chavchay.
Secara khusus, tambahnya, lewat puisi, PPN X akan dijadikan enerji dan sikap penyair yang mendorong para pemimpin dan elit-elit politik di Asia Tenggara untuk berada di garda depan dalam mengupayakan terciptanya perdamaian dunia.
PPN X akan dibuka pada Jumat (15/12) pukul 19.00 WIB di Taman Budaya Banten. Usai pembukaan, akan digelar Panggung Baca Puisi Penyair ASEAN. Akan tampil membaca puisi, antara lain Amin Kamil, Thomas Budhi Santoso, dan Hamdy Salad, serta para penyair dari negara-negara peserta PPN.
Esok paginya, Sabtu (16/12), para peserta akan diajak berwisata sejarah dan budaya ke makam dan Masjid Kesultanan Banten, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Museum Negeri Banten, dan Danau Tasikardi. Siangnya, peserta akan mengikuti simposium internasional "Puisi untuk Perdamaian Dunia". Dan, malamnya, di Taman Budaya Banten, akan digelar Panggung Penyair ASEAN. Para penyair dari lima Negara peserta
PPN akan tampil membaca sajak di panggung itu.
Hari terakhir, Ahad (17/12), pukul 08.00-12.00 WIB, akan digelar Seminar Internasional Metode Mutakhir Pengajaran Bahasa dan Sastra (Khusus untuk Para Guru dan Dosen Bahasa dan Sastra Se-Banten). Seminar tersebut menampilkan pembicara Prof Dr Suminto A. Sayuti, Prof Dr Nik Rakib bin Nik Hasan, Dr Mohamad Saleeh Rahamad, Prof Zefri Ariff, dan Djamal Tukimin MA, di Gedung Prof Sjadzili Hasan, UIN Sultan Maulana Hasanudin Serang Banten.
Mereka akan mencari siasat terbaik untuk ikut mendorong terciptanya perdamaian dunia melalui puisi.
Kepada media ini, Kamis (30/11/2017) Dino Umahuk menyampaikan, bahwa di tengah merebaknya konflik, kekerasan, dan perang di sejumlah negara, sudah sepatutnya mendapatkan empati, kepedulian, dan sikap dari kita sebagai penyair. Benturan berdarah di Myanmar, Irak, Libya, Suriah, Mesir, Prancis, Inggris, dan di kawasan lainnya semakin menambah luka sejarah peradaban manusia.
"Khusus dalam kasus Myanmar, di bumi Asia Tenggara itu, memang ada sejumlah faktor penyebab yang menyulut terjadinya konflik di kawasan tersebut, tapi justru karena itulah kita sebagai penyair perlu menyumbangkan pandangan dan solusi untuk mengakhiri konflik tersebut dan kalau bisa mencegahnya secara abadi agar tidak terjadi kekerasan di masa yang akan datang melalui kata-kata dan bahasa, yang dalam hal ini puisi," katanya.
Dino yang baru saja selesai mengikuti program Residensi Sastrawan Berkarya di berbatasan Kalimantan Barat dan Negara Bagian Serawak Malaysia ini mengatakan, puisi sesungguhnya dapat menjadi media dan jembatan yang strategis untuk menyuarakan pandangan dan kepedulian kita untuk menyikapi sejumlah konflik dan perang di belahan dunia ini dalam rangka mengumandangkan welas-asih dan melantangkan suara-suara kemanusiaan.
"Kita perlu menyuarakan keprihatinan dan sikap kita terhadap banyak kekerasan dan perang," serunya.
Penanggung jawab PPN X yang juga Ketua Umum DKB, Chavchay Syaifullah mengatakan, tema tersebut dipilih guna ikut menguatkan wacana tentang pentingnya perdamaian dunia dan mengakhiri berbagai bentuk kekerasan di berbagai belahan dunia.
Menurut Chavchay, para penyair yang akan menjadi nara sumber simposium adalah Shamsuddin Othman (Malaysia), Syarifah Yatiman (Singapura), Mahroso Doloh (Thailand), Sheikh Mansor (Brunei Darussalam), dan Nuruddin Asyhadie (Indonesia).
Selain itu, tambah Chavchay, Panitia PPN X juga akan menggelar Seminar Internasional Metode Mutakhir Pengajaran Bahasa dan Sastra (khusus untuk guru dan dosen bahasa dan sastra Banten), dengan pembicara Prof Dr Suminto A. Sayuti (Indonesia), Prof Dr Nik Rakib bin Nik Hasan (Thailand), Dr Mohamad Saleeh Rahamad (Malaysia), Prof Zefri Ariff (Brunei), dan Djamal Tukimin MA (Singapura), dengan moderator Ahmadun Yosi Herfanda.
Seminar ini akan diadakan pada Ahad (17/12) di Gedung Prof Sjadzili Hasan, UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten.
Penyair sekaligus Ketua Umum Dewan Kesenian Banten ini mengisahkan bahwa kata memiliki kekuatan yang tak dapat kita ukur. Dan pada kekuatan kata inilah terletak tanggung jawab para penyair, lebih-lebih lagi para penerjemah, karena satu kesalahan samar saja dapat memicu
kesalahpahaman yang berbahaya.
"Betapa puisi dalam kehidupan manusia adalah 'ruh' dan 'jiwa' kehidupan manusia itu sendiri, dan karena itu pula betapa pentingnya 'puisi' dijaga dari upaya-upaya untuk menjadikannya sebagai alat destruksi dan menjadi media-media kezaliman dan praktik-praktik tidak kreatif yang
akan 'melukai' kemanusiaan manusia," hemat Chavchay.
Secara khusus, tambahnya, lewat puisi, PPN X akan dijadikan enerji dan sikap penyair yang mendorong para pemimpin dan elit-elit politik di Asia Tenggara untuk berada di garda depan dalam mengupayakan terciptanya perdamaian dunia.
PPN X akan dibuka pada Jumat (15/12) pukul 19.00 WIB di Taman Budaya Banten. Usai pembukaan, akan digelar Panggung Baca Puisi Penyair ASEAN. Akan tampil membaca puisi, antara lain Amin Kamil, Thomas Budhi Santoso, dan Hamdy Salad, serta para penyair dari negara-negara peserta PPN.
Esok paginya, Sabtu (16/12), para peserta akan diajak berwisata sejarah dan budaya ke makam dan Masjid Kesultanan Banten, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Museum Negeri Banten, dan Danau Tasikardi. Siangnya, peserta akan mengikuti simposium internasional "Puisi untuk Perdamaian Dunia". Dan, malamnya, di Taman Budaya Banten, akan digelar Panggung Penyair ASEAN. Para penyair dari lima Negara peserta
PPN akan tampil membaca sajak di panggung itu.
Hari terakhir, Ahad (17/12), pukul 08.00-12.00 WIB, akan digelar Seminar Internasional Metode Mutakhir Pengajaran Bahasa dan Sastra (Khusus untuk Para Guru dan Dosen Bahasa dan Sastra Se-Banten). Seminar tersebut menampilkan pembicara Prof Dr Suminto A. Sayuti, Prof Dr Nik Rakib bin Nik Hasan, Dr Mohamad Saleeh Rahamad, Prof Zefri Ariff, dan Djamal Tukimin MA, di Gedung Prof Sjadzili Hasan, UIN Sultan Maulana Hasanudin Serang Banten.