"Kami telah menegaskan posisi kami bahwa serangan itu merupakan tindakan agresi, yang terang-terangan melanggar prinsip-prinsip hukum internasional dan Piagam PBB," kata Lavrov seperti dikutip dari Independent, Sabtu (15/4/2017)
"Kami menyerukan kepada AS dan sekutunya untuk menghormati kedaulatan Suriah dan menahan diri dari tindakan yang mirip dengan apa yang terjadi pada tanggal 7 April," imbuh Lavrov usai menggelar pertemuan dengan kompatriotnya dari Suriah dan Iran.
Dalam pembicaraan segi tiga itu, Lavrov menuduh AS dan sekutunya berupaya menghalangi penyelidikan internasional ke dalam serangan itu. Ia pun menyatakan keraguannya tentang penyelidikan awal yang dilakukan oleh pengawas senjata kimia PBB. Ia mengatakan para ahli yang telah gagal untuk mengunjungi situs tersebut dan tetap tidak jelas di mana sampel telah diambil dan bagaimana mereka telah dianalisis.
Dalam pandangan Rusia, penyelidikan dilakukan oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) harus diperluas untuk mencakup para ahli dari berbagai negara.
"Jika rekan-rekan kami dari AS dan beberapa negara Eropa percaya bahwa versi mereka benar, mereka tidak memiliki alasan untuk takut menciptakan seperti sebuah kelompok independen seperti," katanya.
"Penyelidikan atas insiden profil tinggi ini harus transparan dan tidak meninggalkan keraguan bahwa seseorang sedang mencoba untuk menyembunyikan sesuatu," tambahnya.
Lavrov mengatakan serangan AS pada pangkalan Suriah telah merusak upaya perdamaian di Suriah dan mencerminkan fokus Washington untuk mengusir pemerintahan Presiden Assad. "Upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil," kata Lavrov.
Menurut Menlu Suriah, Walid Muallem, pertemuan itu juga membahas penumpukan pasukan AS di perbatasan Yordania dan Suriah. Ia menambahkan bahwa Rusia, Iran dan Suriah memiliki prosedur umum terhadap agresi apapun, tetapi tidak akan mengungkapkan spesifik.
Lavrov mengatakan Moskow telah meminta penjelasan Washington tentang tujuan penumpukan. Ia juga menerima jaminan mereka ada di sana untuk memotong jalur pasokan antara faksi-faksi kelompok ISIS di Suriah dan Irak.
"Kami akan terus memantau masalah ini, karena satu-satunya alasan yang mungkin untuk menggunakan kekuatan militer di wilayah Suriah adalah untuk memerangi terorisme," kata Lavrov.