"AS dan Korea Selatan (Korsel) serta Korut sedang terlibat dalam aksi gayung bersambut, dengan pedang terhunus dan busur membungkuk, dan ada awan badai yang berkumpul," kata Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.
"Kami mendesak semua pihak untuk tidak lagi terlibat dalam aksi saling provokasi dan mengancam, baik melalui kata-kata atau perbuatan, dan tidak mendorong situasi ke titik di mana ia tidak berbalik dan keluar dari jalurnya," imbuhnya seperti dikutip dari New York Times, Sabtu (15/4/2017).
"Tidak peduli siapa itu, jika mereka membiarkan perang pecah di semenanjung, mereka harus menanggung kesalahan sejarah dan membayarnya dengan harga yang sesuai untuk itu," sambung Wang setelah bertemu dengan mengunjungi rekan Perancisnya, Jean-Marc Ayrault.
Wang mengatakan masih ada harapan untuk negosiasi baru dengan Korut terkait program senjata nuklirnya. "Ada semacam fleksibilitas tentang pembicaraan baru. Selama ada dialog, formal atau informal, putaran pertama atau putaran kedua, bilateral, trilateral, segi empat, China bersedia untuk mendukung hal ini," ucapnya.
Pernyataan Wang ini adalah yang terbaru dari China. Beijing telah berusaha untuk mengarahkan antara tuntutan pemerintahan Trump untuk berbuat lebih banyak untuk menghentikan program nuklir Korut dan keengganan untuk pecah kongsi dengan Korut. Dalam pembicaraan lewat telepon dengan Trump, Presiden China Xi Jinping juga meminta semua pihak untuk menahan diri.