Penengahan, Kaliandanews.com - Dusun Sibanjar, Desa Ruang Tengah, Kecamatan Penengahan Lampung Selatan, menjadi salah satu desa penghasil gula merah di Lampung Selatan.
Disana terdapat beberapa pembuat gula merah tradisional rumahan. Sarwadi (60) dan istrinya Yarnida (50) misalkan, mereka sudah membuat gula sejak puluhan tahun lalu.
Sarwadi mengatakan, akhir-akhir ini dirinya mengeluhkan turunnya harga gula merah, yang sebelumnya Rp. 12 ribu, saat ini harganya sekitar Rp. 8 ribu perkilo. Penurunan harga ini disebabkan berkurangnya permintaan pasar terhadap gula merah.
"Bukan karena dikitnya bahan baku, atau karena musim hujan. Tetapi permintaan dari pabrik kecap yang menurun," ujarnya saat diwawancarai Kaliandanews.com, Selasa (07/02).
Ditambahkannya, bahan baku juga bukan salah satu alasan menurunya permintaan gula merah dipasaran. Biasanya mereka memproduksi sekitar 25 kg sampai 30 kg perharinya. Ini karena sekitar 150 meter dari rumahnya, ia menyewa lahan kebun kelapa warga sekitar sebesar Rp. 2,5 juta pertahunnya.
"Kalau musim hujan, bisasanya permintaan gula merah meningkat. Kemungkinan sekitar 2 minggu lagi harga naik sekitar seribu sampai dua ribu," ungkapnya.
Bukan tanpa alasan produsen kecap mengurangi permintaan gula merah, ini kerena sedang melemahnya kondisi ekonomi saat ini.
Ia berharap, semoga harga gula merah kembali stabil di pasaran, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka, karena hampir sebagian warga di Dusun Sukabanjar berprofesi sebagai pembuat gula merah tradisional. (yb)