BERITA MALUKU. Langit Kota Ambon, Rabu (30/11/2016) sore kemarin diwarnai gemuruh enam unit pesawat tempur ringan turboprop Super Tucano EMB-314/ A-29 buatan Brazil.
Pesawat yang berasal dari Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh, Malang, Jawa Timur ini berada di Ambon dalam rangka latihan patroli udara.
Sebelum mendarat di Lanud Pattimura, keenam pesawat yang mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) berputar selama hampir 30 menit di atas langit Kota Ambon.
Pesawat terbang dengan formasi tiga pesawat di depan dan tiga lainnya menyusul di belakang yang dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Deddy Iskandar.
Setelah melakukan terbang formasi diatas langit Kota Ambon, satu persatu pesawat kemudian mendarat di Lanud Pattimura.
Para penerbang disambut Komandan Lanud Pattimura Kolonel Pnb Aldrin P Mongan dan sejumlah pejabat Lanud. Diawali pengalungan kain tenun kepada Komandan Skuadron Udara 21, Letkol Pnb Deddy Iskandar bersama 11 penerbang lainya.
Danlanud Kolonel Pnb Aldrin P. Mongan mengaku, kedatangan pesawat Super Tucano dalam rangka latihan patroli udara.
"Kebetulan rute patroli udara pesawat Super Tucano dari Skadron Udara 21 ini melewati Ambon sehingga kita sekalian menggelar pameran agar masyarakat juga mengenal alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Udara," ungkapnya.
Dijelaskan, pameran akan berlangsung hingga Jumat (2/12/2016) di Lanud Pattimura.
Sebagaimana diketahui, Super Tucano EMB-314 mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), untuk melakukan tempur taktis "close air support" bagi bantuan pasukan infanteri maupun kavaleri.
Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak posisi musuh dengan cepat serta memiliki kemampuan penghancuran.
Super Tucano dilengkapi dua senapan mesin di sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton.
Pesawat ini di desain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian dan patroli. Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia tahun 2008.
Pesawat Super Tucano, berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.
Super Tucano mampu bermanuver hingga +7g dan -3.5g dikombinasi dengan kecepatan tinggi dan lincah sehingga memiliki tingkat survivability cukup tinggi.
Kedatangan pesawat ini untuk menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang pensiun sejak tahun 2007.
Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30.
Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama sehingga cocok untuk anti-gerilya.
Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.
Namun pesawat ini memiliki daya angkut senjata yang terbatas.
Super Tucano tidak memiliki radar warning receiver sehingga tidak bisa mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar.
Kecepatan terbang yang rendah, juga mengurangi efektivitas pemakaian flare (jika dipasang) terhadap misil. (Pen Ptm/*)
Pesawat yang berasal dari Skadron Udara 21 Lanud Abdurrachman Saleh, Malang, Jawa Timur ini berada di Ambon dalam rangka latihan patroli udara.
Sebelum mendarat di Lanud Pattimura, keenam pesawat yang mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer) berputar selama hampir 30 menit di atas langit Kota Ambon.
Pesawat terbang dengan formasi tiga pesawat di depan dan tiga lainnya menyusul di belakang yang dipimpin langsung Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Deddy Iskandar.
Setelah melakukan terbang formasi diatas langit Kota Ambon, satu persatu pesawat kemudian mendarat di Lanud Pattimura.
Para penerbang disambut Komandan Lanud Pattimura Kolonel Pnb Aldrin P Mongan dan sejumlah pejabat Lanud. Diawali pengalungan kain tenun kepada Komandan Skuadron Udara 21, Letkol Pnb Deddy Iskandar bersama 11 penerbang lainya.
Danlanud Kolonel Pnb Aldrin P. Mongan mengaku, kedatangan pesawat Super Tucano dalam rangka latihan patroli udara.
"Kebetulan rute patroli udara pesawat Super Tucano dari Skadron Udara 21 ini melewati Ambon sehingga kita sekalian menggelar pameran agar masyarakat juga mengenal alutsista yang dimiliki TNI Angkatan Udara," ungkapnya.
Dijelaskan, pameran akan berlangsung hingga Jumat (2/12/2016) di Lanud Pattimura.
Sebagaimana diketahui, Super Tucano EMB-314 mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de Aeronautica (Embraer), untuk melakukan tempur taktis "close air support" bagi bantuan pasukan infanteri maupun kavaleri.
Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak posisi musuh dengan cepat serta memiliki kemampuan penghancuran.
Super Tucano dilengkapi dua senapan mesin di sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton.
Pesawat ini di desain untuk melakukan serangan anti-gerilya, pengintaian dan patroli. Nama Super Tucano melejit sejak Operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia tahun 2008.
Pesawat Super Tucano, berhasil menewaskan pimpinan pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.
Super Tucano mampu bermanuver hingga +7g dan -3.5g dikombinasi dengan kecepatan tinggi dan lincah sehingga memiliki tingkat survivability cukup tinggi.
Kedatangan pesawat ini untuk menggantikan pesawat OV-10F Bronco yang pensiun sejak tahun 2007.
Pesawat tempur turboprop memiliki fungsi yang berbeda dengan pesawat jet seperti F 16 atau Sukhoi SU 30.
Pesawat turboprop mampu terbang rendah dalam waktu yang lama sehingga cocok untuk anti-gerilya.
Biaya operasi tidak tinggi, perawatan murah dan bisa mendarat di landasan pacu sederhana.
Namun pesawat ini memiliki daya angkut senjata yang terbatas.
Super Tucano tidak memiliki radar warning receiver sehingga tidak bisa mendeteksi rudal anti-pesawat yang dipandu radar.
Kecepatan terbang yang rendah, juga mengurangi efektivitas pemakaian flare (jika dipasang) terhadap misil. (Pen Ptm/*)