Hal ini diungkapkan oleh Kyai yang juga menjabat sebagai Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Purwakarta tersebut di sela Acara Istighotsah di Halaman Polres Purwakarta hari ini Rabu (30/11).
Sesepuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin Kabupaten Purwakarta pun mengaku, bahwa tidak akan memberikan fasilitas berbentuk apapun bagi siapapun yang keukeuh atau ingin memaksakan ingin berangkat mengikuti aksi yang dipusatkan di lapangan Monas Jakarta Pusat tersebut. Sebagai solusi, ia meminta seluruh masyarakat agar berdo'a di Mesjid Jamie di wilayah masing-masing.
"Berdo'a di Mesjid itu tidak ada mudhorot sama sekali, dibandingkan dengan berangkat Aksi 212, lebih banyak mudhorotnya. Kami di MUI Purwakarta tidak akan memberikan fasilitas apapun bagi umat Islam yang ingin berangkat kesana." tegas Kyai Abun.
Hal senada juga diungkapkan oleh Sesepuh Pondok Pesantren al Hikamus Salafiyah Cipulus Wanayasa Purwakarta Kyai Adang Badrudin yang dalam kesempatan istighotsah tersebut bertindak memberikan taushiah kepada seluruh jemaah yang hadir.
Abah Adang, begitu ia akrab disapa menguatkan pendapat Kyai Abun. Ia mengatakan, Aksi 212 sudah tidak lagi murni memperjuangkan kepentingan umat Islam karena sudah tercampur oleh anasir-anasir politik sehingga lebih banyak mendatangkan mudhorot dibandingkan manfaat. Ujarnya.
Sehingga abah Adang menegaskan kepentingan umat Islam di seluruh dunia itu mengejar surga, bukan mengejar jabatan politik seperti memperebutkan jabatan Gubernur Jakarta. Ia pun mengimbau agar umat Islam tidak mengikuti ajakan untuk melaksanakan salat di jalan umum atau di lapangan selagi ada Mesjid.
"Kepentingan umat Islam itu mengejar Surga, bukan jabatan politik. Saya dalam kesempatan ini juga menyampaikan, makmurkan Mesjid, jangan salat di jalan umum atau lapangan selagi ada Mesjid." Tutur Kyai sepuh tersebut.
Lebih jauh Abah Adang mengingatkan seluruh umat Islam Purwakarta agar memilah dan memilih ulama untuk dijadikan panutan. Menurut dia semboyan 'Umat Islam harus tunduk pada Ulama' haruslah diverifikasi secara mendalam. Karena salafush shalih (ulama terdahulu yang saleh) sudah memberikan tuntunan etika dalam mengartikulasikan kepentingan politik umat.
"Etikanya itu, saat kita mendapatkan pemimpin yang adil, maka wajib bersyukur, saat kita mendapatkan pemimpin yang dzalim maka berdo'a dan bersabar adalah jalan terbaik sehingga pemimpin kita mendapatkan hidayah dari Allah SWT." tandasnya.
Dalam kesempatan ini, Kepala Polisi Resort (Kapolres) Purwakarta AKBP Trunoyudo Wisnu Andhiko juga turut menyampaikan hasil rembug antara pihak kepolisian dengan para ulama. Kapolres mengatakan, Ulama Purwakarta sepakat dalam permufakatan tidak akan berangkat mengikuti Aksi 212 di Jakarta.
"Situasi kamtibmas itu yang paling utama, sudah kita dengar pendapat Ulama Purwakarta bahwa mereka tidak akan berangkat ikut Aksi 212 dan mengimbau agar umat Islam berdo'a di Mesjid. Andai kata, ini andai kata ya, masih ada yang memaksa untuk berangkat, kami harapkan untuk segera melaporkan jumlah kekuatan massa dan harus bertanggung jawab atas apapun yang terjadi pada massa yang ia bawa." Tegas Kapolres Purwakarta AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko. (DeR)