Benarkah Anies Baswedan Antitesa dari Ahok?
Seandainya Ahok tidak kesandung kasus penistaan dan pelecehan agama, pilgub DKI bakalan berlangsung sangat seru. Utamanya pertarungan antara Anies Baswedan dengan Ahok.
Mereka memiliki karakter berbeda, bahkan berlawanan. Orientasi dan prioritas pembangunan-nya pun dipastikan berbeda. Basic mereka juga berbeda.
Kita tahu, Ahok itu ceplas-ceplos, kasar, dan arogan. Kontroversial dan seringkali memicu konflik. Kapasitas komunikasi publik-nya pun sangat buruk. Sok paling benar, paling bersih dan suci. Dia sangat dominan dan cenderung "one man show."
Sebagai wagub, Djarot seperti tidak melakukan apa-apa. Tidak punya andil. Layaknya ban serep belaka. Padahal Djarot adalah mantan walikota Blitar 2 periode. Saat ini pun, dia menduduki posisi strategis di DPP PDIP.
Dominansi Ahok memang tak terbantahkan. Saya ambil satu contoh. Saat bertemu Sandiaga Uno sekitar setengah jam, hampir 27 menit Ahok yang bicara.
Karakter Ahok tersebut sangat berlawanan dengan Anies Baswedan. Anies sosok pemimpin yang mampu menjaga kepatutan. Seorang ahli komunikasi publik. Bicaranya runtut, sistimatis, dan clear.
Anies seorang tokoh yang mampu membangun kebersamaan. Solidarity maker. Dia sosok pemimpin yang mau mendengar. Berbagai macam masukan kemudian dia olah untuk menjadi sebuah aksi dan kebijakan. Gerakan Indonesia Mengajar adalah salah satu karya besarnya.
Ahok adalah seorang politisi berbasic pengusaha. Sungguh wajar jika orientasi dan prioritas pembangunannya lebih ke pembangunan fisik, material, dan ekonomi. Lebih dominan menghitung untung dan rugi.
Terlepas itu pesanan pengembang, menjadi masuk akal ketika dia ngotot melanjutkan reklamasi Pulau G. Menggusur situs-situs bersejarah, seperti kampung aquarium dan luar batang. Merobohkan masjid di TIM, Jatinegara, dll.
Tentu akan jauh berbeda jika nantinya Anies Baswedan yang terpilih jadi Gubernur DKI periode 2017-2022. Sebagai pemimpin berlatar belakang pendidik, tentu dia akan menyentuh SDM terlebih dahulu. Memanusiakan manusia. Membangun kebersamaan. Membangun peradaban. Membangun sosial-kemasyarakatan. Juga tidak kalah penting membangun kebudayaan.
Namun begitu, masalah klasik DKI (macet, banjir, dan tumpukan sampah), tentu sudah dipersiapkan juga solusinya. Anies juga tidak mungkin mengabaikan pembangunan infrastruktur, melanjutkan pembangunan sungai yang bersih, dan pembangunan di bidang ekonomi. Toh, cawagub (Sandiaga Uno) berlatar belakang pengusaha yang sukses. Anies Baswedan-Sandiaga Uno adalah pasangan yang komplit dan saling melengkapi.
Seandainya Ahok itu muslim, bukan dari etnis tionghoa, dan namanya bukan BTP sekalipun, saya tidak akan pernah memilih Ahok. Karena seorang pemimpin membutuhkan hati, etika, sopan-santun, dan berjiwa besar. Tidak kontroversial dan seringkali memicu konflik. Pembangunan juga tidak sekedar pembangunan fisik, material, dan ekonomi. Tapi harus diiringi dengan pembangunan peradaban, sosial, dan kebudayaan. Dan itu semua tidak ada dalam diri Ahok.
Bagaimana dengan pilihan Anda?
(Zamzani Sutriyanto)