Orang Tua dan Wali Gelar Aksi Protes Terkait Kebijakan Zonasi Penerimaan Murid Baru

Aksi turun ke jalan dilakukan sejumlah orang tua dan wali murid yang anaknya tidak diterima karena seleksi usia

Jakarta, Info Breaking News – Hari pertama penerimaan siswa PPDB jalur zonasi SMA Pemprov DKI Jakarta banyak dikeluhkan para orang tua dan wali siswa terkait sistem seleksi penerimaan siswa yang mengacu pada usia Calon Peserta Didik Baru (CPDB).

Orang tua dan wali merasa geram lantaran anak-anak mereka yang usianya berkisar 14-15 tahun yang mengikuti pendaftaran melalui PPDB online gagal diterima karena kalah bersaing dengan mereka yang usianya lebih tua.

Cathryn RO Marbun, seorang ibu rumah tangga yang telah menjanda 8 tahun mengatakan anaknya yang berusia 14 tahun 11 bulan tidak diterima baik melalui seleksi KJP maupun seleksi zonasi. Sementara, untuk mendaftar ke SMA swasta, ibu yang juga seorang pejuang kanker thyroid itu mengaku tak punya biaya.

"Mau daftar home schooling pun biaya jutaan rupiah. Berapa banyak orangtua seperti saya di DKI Jakarta ini? Apakah anak-anak kami ini tidak punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak di DKI Jakarta ini? Mohon pertimbangannya Pak Gubernur," katanya dengan nada memelas.

Seorang lainnya adalah bapak yang berprofesi sebagai supir taksi online. Anaknya yang berusia 15 tahun 3 bulan 24 hari juga tidak diterima melalui seleksi PPDB zonasi padahal jarak tempat tinggalnya dengan salah satu SMAN hanya berkisar 500 meter. Ia pun mempertanyakan sistem seleksi jalur zonasi yang tetap mengacu pada usia

"Terus anak-anak ini mau sekolah dimana?" tuturnya.

Kecewa, anak-anak lulusan SMP yang berusia 14-15 tahun pun sampai berkomentar tidak perlu lagi belajar.

"Nggak perlu belajar lagi. Yang penting usia. Kalau tidak nganggur dulu tahun depan baru daftar biar dapat SMAN," kata mereka.

Komentar dari anak-anak ini sudah jelas perlu disikapi dengan serius oleh pemerintah mengingat generasi muda yang seharusnya mendapat pendidikan yang layak. Jangan sampai hal seperti ini justru menimbulkan rasa pesimis pada diri anak-anak sehingga menjurus ke arah negatif. ***Paulina


Subscribe to receive free email updates: