DBD di Blora Capai 80 Kasus, 2 Diantaranya Meninggal Dunia

Dinas Kesehatan Kabupaten Blora meminta agar masyarakat tidak melupakan DBD di tenganh pandemi Covid-19. (foto: ilustrasi)

BLORA. Pandemi Covid-19 saat ini memang benar-benar menyita perhatian masyarakat. Namun jangan sampai permasalahan penyakit lainnya diabaikan, termasuk penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Blora, Lilik Hernanto, SKM, M.Kes, Kamis (25/6/2020) kemarin
mengingatkan bahwa DBD juga harus menjadi perhatian di Blora.

"Hingga saat ini di tahun 2020 sudah ada 88 penderita demam berdarah (DBD), dan 2 kematian DBD yang semuanya ada di Kecamatan Japah. Sedangkan yang kasusnya tertinggi ada di 3 kecamatan yakni Kecamatan Blora Kota, Cepu dan Kunduran," ucap Lilik Hernanto.

Oleh karena itu, selain mematuhi protokol kesehatan dalam rangka mencegah Covid-19, pihaknya mendorong agar masyarakat juga menggalakkan kembali gerakan pemberantasan sarang nyamuk.

"Mari kita terus gencarkan gerakan 3M untuk mencegah DBD. Ini adalah cara paling efektif untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Tempat-tempat tampungan air yang sekiranya bisa menjadi sarang nyamuk harap rutin dibersihkan, dan ditutup," terang nya.

Selain DBD, menurutnya angka kematian ibu (AKI) melahirkan, angka kematian bayi dan balita (AKB), serta stunting di Blora juga masih terjadi. Sehingga pihaknya meminta seluruh masyarakat dan petugas kesehatan bisa tetap fokus.

"AKI di 2020 ini sudah ada 4 kasus, kemudian AKB ada 46, 6 diantaranya balita diatas 1 tahun, 40 lainnya bayi. Kemudian stunting ada 7,59 persen dari 3711 bayi balita yang ditimbang Posyandu," ungkap Lilik Hernanto.

Sehingga pihaknya menekankan bahwa kasus DBD, AKI, AKB dan stunting juga jangan sampai dilupakan oleh masyarakat. (res-infoblora)

Subscribe to receive free email updates: