Audrie yang sesungguhnya lebih dekat ke almarhum ayahnya ketimbang ke ibu, menjadikannya nya rada tomboy, slengekan , tak suka dandan, bahkan jarang pake Parfhum tapi untungnya keringat Audrie ngggak menyengat bau juga tidak bau ketek.
Mungkin hal itu pula yang membuat kakinya melangkah ringan sambil sesekali mengusap rambutnya yang lebat, entah kemana fokus pikirannya.
Dan dari jarak yang tak terduga ditaman berbunga itu Audrie tak sadar kalau sejak kehadirannya digerbang taman itu, ada Ucok, seorang lelaki yang sesungguhnya tak bisa dibilang muda karena sudah termakan usia dan berbeban bathin yang kompleks, menangkap langkah gontai Audrie sedang lelah namun ingin bertahan hidup karena adanya sibuah hati yang harus Audrie rawat dan hidupi.
Entah magnet apa yang sejak awal membuat Ucok begitu terperangah melihat Audrie yang sesungguhnya adalah wanita sesama asal dari Indonesia, dan sama sama memiliki masa lalu yang berantakan penuh kekelaman. Mungkin karena cuaca dan udara romans taman berbunga yang sama oksigennya mereka hirup itu, secara garis takdir mereka berani saling menegur sapa, lalu berkenalan dan berjalan dengan rasa nyaman penuh nuansa petualang, sepi saat meredam bara, sedih saat ditengah tawa ceria, dan pengen menyindiri saat berada ditengah acara meriah nan formil.
Lebih dari itu Ucok yang jauh memiliki jam terbang soal jatuh bangunnya hidup, membuat catatan penting selama sebulan mengenal dekat Audrie yang dicintainya, akan sanggup menerima Audrie Denham segala kekurangan yang ada didalam diri Audrie. Bahkan Ucok tak perduli dengan semua masa lalu kelam Audrie. Yang Ucok tau ini Audrie yang dikasihinya. Dalam diri Audrie,lelaki petarung itu menemukan sesuatu yang selama ini dicarinya. Ucok yang sesungguhnya bertaburkan segudang perempuan cantik dari semua kalangan hingga selebrities ibukota, tapi justru menemukan seberkas cahaya kehidupan yang nyata dalam diri Audrie yang lagi berdarah darah.
Ucok yang sesungguhnya sedang bermasalah berat, serasa ringan saat bercengkeramah dengan Audrie, sebagai bukti keduanya tak ingin menutupi semua yang pernah terjadi dimasa lalu. Walau seiring waktu yang begitu cepat berjalan, kedua sejoli yang sama sama terbeban berat itu langsung merasa klik dan langsung saling meremas tangan bahkan sampai akhirnya pria batak yang memiliki khazana kasta tertingggi di Danau Toba ini begitu beraninya mendaratkan bibirnya menyentuh bibir Audrie yang berbentuk bagus, membuat derasnya aliran darah yang selama ini beku, membuat degup jantung berdebar keras, bahkan mampu mengalahkan kerasnya siksaan yang dahulu dialaminya Audrie saat diperkosa atasannya secara paksa disebuah hotel jahanam dikota gudek.
Tapi kecupan bibir Ucok, yang sesungguhnya putra dari sang pejuang, dimana nama orangtuanya diabadikan dikawasan Jakarta Selatan dan terpaling panjang dibanding para Pahlawan Nasional lainnya itu, membuat Audrie jatuh dalam pelukan dan kebersamaan yang paling dalam dan terindah.
Bahkan jauh sebelumnya Audrie pun menceritakan bagaimana jatuh bangun semua ikrar hidupnya itu menjadikan rahim Audrie acapkali pendarahan yang berkepanjangan. Tapi Audri berdarah karena segudang beban phisikis Audri tidak lah membuatnya lelah untuk bertahan dan ingin menggapai titik nadir tujuan hidupnya.
Bagi Ucok sendiri hal itu merupakan tumpang tindihnya hasrat terpendam, kebutuhan biologis yang terdesak sekaligus tanda suatu konsekwensi dan tanggung jawab dunia dan akhirat.Ucok menginginkannya. Ucok seperti ingin membeli sebuah rumah impian yang sudah dibangun sang property handal, ingin tanda jadi, ingin berbentuk panjar sebagai bukti sepakat dalam transaksi bercinta menuju titik nadir hidup yang sudah jenuh menggunakan topeng.
"Jangan Cok, aku masih berdarah." kata Audrie menghela nafas panjang sembari mencegah tangan Ucok yang menyentuh gundukan dibalik celdam berbahan lembut.
"Biarlah kujadikan darah ituh sebagai tanda keperawananmu buatku, walau pernah dirampas lelaki lain...bahkan sudah melahirkan anak" kata Ucok secara bombastis dalam unggkapan dalam puitisnya. Ungkapan itu bahkan menjadikan hati Audrie terbeliak serasa kaget tapi suka karena spontanitas dan berani, dan sesungguhnya Audrie suka dengan pria berani yang tidak merenggut secara paksa kaum perempuan.
"Sabarlah, kasih aku kesempatan agar kita tidak salah jalan. Sungguh aku mau kita menjalani semua ini dengan halal dan diridhoi Nya" ungkap Audrie yang sesungguhnya memiliki unsur kuat Iman Agamanya,. Tapi si Imin milik Ucok jauh lebih mendesak ketimbang iman nya yang masih serba setengah.
"Aku nggak kuat Drie, Hampir sebulan kita bersama , bercengkramah, dan saling tercurah. Aku serius ingin menjadikanmu sebagai isteri yang kunikahi secara sah .. dan hari ini juga aku sudah siap " ungkap Ucok dengan mata berkaca kaca.
"Sungguh"
"iya aku sungguh sungguh"
"Kau tidak mempermainkan aku yang sudah berulangkali ini tertipu lelaki?"
"Aku bukan tipe lelaki gombal tukang penipu seperti kebanyakan itu"
"Sungguh" sekali lagi tanya Audrie sembari tangannya tetap menahan sibakan celana dalamnya yang nyaris terlepas.
"Baik aku mau dan akan menuntunmu sayang " kata Audrie dengan meneteskan airmata bercampur bahagia tapi takut tapi pengen, seraya lembut bangkit dari ranjang mewah berbalut sprei badcover putih.
"Tak perlu kau menangis karena kutau itu hanyalah airmata buaya dan actingmu saja" kata Ucok dengan nada ketus, kasar, bahkan blak blakan membuat kaget setengah mati perempuan bersuara manja didepannya itu.
"Ya Allah Cok.. teganya kau menyebutku bersandiwara dan ber airmata buaya ? Bukankah kau seseungguhnya yang jadi buaya darat ituuuuu?" jerit Audrie menangis pilu tapi justru Ucok memeluk erat tubuh yang terguncang karena terisak sedih bercampur rasa suka sekali dengan gaya lelaki batak yang mempu membuatnya terpanah.
"Maafkan aku Drie.. aku kelepasan ucap. Karena masalaluku terlalu banyak menemukan perempuan khianat yang tidak setia dan tidak setangguh kamu sayank." suara Ucok lembut sembari mengecup bibir Audrie yang masih mewek. Dan pagutan bibir itu dibalas Audrie. Tak ada kesanggupan Audrie untuk menghindari kecupan bibir itu. Mereka sama sama tak sanggup berpisah jauh. Mereka siap membuang semua topeng dan prisai kemegahan yang penuh lika liku itu.
"Aku mau seorang anak darimu kasihku"
"Aku mau dia seorang juniormu pujaan hatiku."
"Jangan pernah bosan mencintaiku sayank"
"Tak akan ada yang mampu memisahkan kita lagi, selain hanya ajal kematian bila menjemput diantara kita."
"Aku mau hanya aku dalam cintamu"
"Aku pun mau jika harus jadi petani kangkung dan tersengat lintah dirawa pinggiran rumah kita yang kecil, jauh dari segala ambisi masyarakat kota Metropolitan.Asal Kau mau mengajariku untuk tetap semangat belajar dan belajar mengenal DIA yang sudah mempertemukan kita." ungkap Ucok puitis membuat sesama petualang menjadi tersenyum, tapi semakin klik dan dalam.
"Kok pintar kali kau ngomong wahay suamiku tersayang"
"Karena aku tau apa yang ada dalam benak kepalamu juga chayank." Kata Ucok yang tak mampu meneruskan kata katanya karena mulutnya telah tersumbat penuh dengan bibir sensual Audrie yang kini sehati sedoa dan seperjuangan dijalan NYA , hingga butiran keringat memenuhi tubuh mereka sementara suara pengajian dari Surau terdekat telah terdengar sebagai tanda keduanya harus mandi junub bersama dibawah shower air hangat.
*** EL..Bersambung.