AMBON – BERITA MALUKU. Tujuh hari pasca Gempa, korban meninggal maupun rumah rusak di tiga titik kota Ambon, kabupaten Maluku Tengan dan Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) terus bertambah.
Berdasarkan data sementara, korban meninggal sudah menjadi 38 orang sedangkan rumah rusak, baik itu rusak ringan, sedang maupun berat 6.523 unit.
Bertambahnya korban meninggal, setelah Seketaris Kota Ambon, AG Latuheru, menyampaikan secara langsung dalam konfrensi pers yang berlangsung di korem 151 Binaya, Kamis (03/10), bahwa ada penambahan dua orang meninggal, sehingga dari 11 orang menjadi 13 orang, sedangkan luka berat dan luka ringan 27 orang.
Untuk kabupaten Maluku Tengah, kata Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, masih tetap 15 orang, sedangkan luka ringan 72 orang, luka berat 18 orang.
Kabupaten SBB, 10 orang meninggal, luka berat 3 orang, luka ringan 29 orang.
"Jadi Utuk data sementara 36 oramg meninggal, maka dengan ada penambahan dua orang dari kota Ambon, maka sudah menjadi 38 orang," ujarnya.
Sedangkan untuk kerusakan rumah, jelasnya sesesuai data di tiga kabupaten/kota tersebut, sudah mencapai 6.523 unit.
Dirinya merincikan yang paling terbanyak di kabupaten Maluku tengah, yakni 4.895 rumah, terdiri dari rusak ringan 2.374 unit, rusak sedang 1105 uni, rusak berat 1.416 unit.
Kabupaten SBB sebanyak 1080 rumah, terdiri dari rusak ringan 795 unit, rusak berat 285 unit.
Kota Ambon, sebanyak 548 rumah, terdiri dari rusak ringan 305 rumah, rusak sedang 147 rumah, rusak berat 96 rumah.
Sementara untuk pengungsi, kata Salampessy sesuai data sementara, sudah mencapai 95.256 pengungsi, terdiri dari kota Ambon, 2.94.pengungsi, Maluku Tengah 50.250 pengungsi, Seram Bagian Barat 42.066 pengungsi.
Ketua Bidang Humas, Satgas Penaganan Gempa, Froena Koedoeboen, mengungkapkan saat ini yang paling urgen dibutuhkan pengungsi adalah tenda, logistik bayi berupa pempers dan makanan.
"Jadi ketiga itu yang paling urgen, yang diminta oleh pengungsi di SBB dan Maluku Tengah," tuturnya.
Sementara untuk obat-obatan, pihaknya sudah terbantukan dengan banthka dari Makassar, Universitas Pattimura, Ikatan Dokter Indonesia, yang sudah disalurkan ke titik pengungsian, termasuk di Haruku, Saparua, Liang dan waai, bahkan waimital.
Berdasarkan data sementara, korban meninggal sudah menjadi 38 orang sedangkan rumah rusak, baik itu rusak ringan, sedang maupun berat 6.523 unit.
Bertambahnya korban meninggal, setelah Seketaris Kota Ambon, AG Latuheru, menyampaikan secara langsung dalam konfrensi pers yang berlangsung di korem 151 Binaya, Kamis (03/10), bahwa ada penambahan dua orang meninggal, sehingga dari 11 orang menjadi 13 orang, sedangkan luka berat dan luka ringan 27 orang.
Untuk kabupaten Maluku Tengah, kata Kepala BPBD Maluku, Farida Salampessy, masih tetap 15 orang, sedangkan luka ringan 72 orang, luka berat 18 orang.
Kabupaten SBB, 10 orang meninggal, luka berat 3 orang, luka ringan 29 orang.
"Jadi Utuk data sementara 36 oramg meninggal, maka dengan ada penambahan dua orang dari kota Ambon, maka sudah menjadi 38 orang," ujarnya.
Sedangkan untuk kerusakan rumah, jelasnya sesesuai data di tiga kabupaten/kota tersebut, sudah mencapai 6.523 unit.
Dirinya merincikan yang paling terbanyak di kabupaten Maluku tengah, yakni 4.895 rumah, terdiri dari rusak ringan 2.374 unit, rusak sedang 1105 uni, rusak berat 1.416 unit.
Kabupaten SBB sebanyak 1080 rumah, terdiri dari rusak ringan 795 unit, rusak berat 285 unit.
Kota Ambon, sebanyak 548 rumah, terdiri dari rusak ringan 305 rumah, rusak sedang 147 rumah, rusak berat 96 rumah.
Sementara untuk pengungsi, kata Salampessy sesuai data sementara, sudah mencapai 95.256 pengungsi, terdiri dari kota Ambon, 2.94.pengungsi, Maluku Tengah 50.250 pengungsi, Seram Bagian Barat 42.066 pengungsi.
Ketua Bidang Humas, Satgas Penaganan Gempa, Froena Koedoeboen, mengungkapkan saat ini yang paling urgen dibutuhkan pengungsi adalah tenda, logistik bayi berupa pempers dan makanan.
"Jadi ketiga itu yang paling urgen, yang diminta oleh pengungsi di SBB dan Maluku Tengah," tuturnya.
Sementara untuk obat-obatan, pihaknya sudah terbantukan dengan banthka dari Makassar, Universitas Pattimura, Ikatan Dokter Indonesia, yang sudah disalurkan ke titik pengungsian, termasuk di Haruku, Saparua, Liang dan waai, bahkan waimital.