Soal Pemukulan Wartawan, Kapolsek Janji Usut Keterlibatan Kerabat Bupati Bursel

NAMROLE - BERITA MALUKU. Kapolsek Namrole, AKP Yamin Selayar berjanji  akan mengusut  kasus pemukulan wartawan Benardo Leluly oleh Syarifudin Pellu yang diduga  disuruh oleh Du Soulissa, kerabat Bupati Buru Selatan (Bursel), Tagop Sudarsono Soulissa.
 Janji Kapolsek ini tak main-main sebab pelaku pemukulan wartawan sudah ditangkap, dan kini telah  dipersiksa pihak penyidik dan telah dikembangkan untuk mengarah kepada otak  pelaku kejahatan tersebut.

"Dari hasil pemeriksaan itu ada muncul orang suruhan. Itu pengakuan dari tersangka. Dan ini akan dikembangkan untuk membuktikan hal tersebut," kata Kapolsek wartawan di ruang kerjanya, Selasa (19/3/2019)

Pasalnya tak hanya kepada wartawan, tetapi di depan penyidik Polsek Namrole pun Pellu yang telah berstatus tersangka turut mengakui bahwa ia memukul Leluly lantaran disuruh oleh Du.

"Tetapi kita tetap lakukan upaya penyelidikan terkait dengan apa yang dia ngomong," ujarnya.

Kapolsek mengaku pihaknya telah mempersiapkan surat panggilan untuk dilayangkan kepada Du untuk diperiksa pihak penyidik.

"Sampai dengan sekarang kita pasti akan melayangkan surat, tapi yang bersangkutan kan tidak berada di sini. Kita akan layangkan surat untuk memanggil yang bersangkutan," katanya.

Kapolsek mengatakan, dari hasil pemeriksaan terhadap Du nantinya barulah pihaknya akan melakukan pengembangan lagi secara professional penanganan kasus.

"Dari hasil pemeriksaan itu akan muncul lagi misalnya. Kalaupun itu betul, entah dia mengelak, bisa saja dia mengelak. Kita akan lakukan pengembangan lagi dengan saksi-saki yang lain yang melihat dia menyuruh atau tidak," terangnya.

Sebelumnya diberitakan, Syarifudin Pellu, warga Desa Masnana, Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan (Bursel) yang diduga merupakan suruhan kerabat Bupati Buru Selatan (Bursel) tegah menganiaya wartawan Bernardo Leluly, Minggu (17/03) hingga mengalami luka dibeberapa anggota tubuh seperti di atas bibir, memar di siku kiri dan lutut.

Leluly kepada wartawan di Polsek Maluku, Senin (18/03) usai memberikan keterangan kepada polisi selaku saksi korban mengaku kronologis kasus penganiayaan yang dialaminya itu terjadi pukul 23.40 WIT ketika ia kembali membeli rokok dari kios yang tak jauh dari kos-kosannya.

"Dia pukul dari belakang lalu picah bibir atas. Pas waktu dapat pukul langsung beta jatuh dan ada lecet di tangan dan lutut," kata pria yang akrab disapa Nardo ini.

Kendati sempat jatuh, Nardo lalu berupaya mengejar pelaku sambil minta tolong. Dimana, setelah pelaku berlari kearah Restaurant milik almarhum Wakil Bupati Bursel, tiba-tiba datanglah sejumlah anggota Polsek Namrole yang sementara melakukan patroli malam dan langsung menangkap pelaku.

"Kebetulan saat itu anggota Polsek Namrole sementara patroli malam, persis di depan Resto almarhum Pak Wakil, pelaku langsung di tahan. Sedangkan beta sendiri dibawa ke rumah sakit untuk di visum. Waktu visum selesai, arahan dari Polisi besok (Senin-red) pukul 09.00 WIT baru buat laporan karena sudah larut malam," ungkapnya.

Dimana, pada Senin (18/03) Nardo dan istrinya pun mendatangi Mapolsek Namrole bersama salah satu saksi lainnya, Elvis Pelasulla untuk memberikan keterangan kepada pihak kepolisian.

"Pelakunya Syarifudin Pellu. Dugaan sementara dia disuruh oleh orang lain untuk pukul beta (saya-red). Hubunga beta dengan pelaku tidak ada apa-apa, kenal pun tidak, namanya juga tidak. Setelah pemeriksaan baru diketahui namanya Syarifudin Pellu," ujarnya.

Nardo menduga kasus pemukulan yang dialaminya ini ada hubungannya dengan berbagai pemberitaan yang dilakukannya selama ini selaku seorang jurnalis sehingga untuk mengetahui secara jelas motif pemukulan terhadap dirinya Ia meminta agar pihak kepolisian dapat segera memanggil dan memeriksa otak intelektual dibalik kasus tersebut.

"Jadi kemungkinan ada mata rantai, ada orang lagi yang menyuruh penyuruh Pellu. Kemungkinan ada tiga orang terduga pelaku. Jadi, kalau bisa orang-orang ini juga diperiksa supaya bisa tahu titik persoalannya kenapa," pintanya.

Anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Bursel ini berharap PWI Kabupaten Bursel, PWI Maluku, PWI Pusat maupun Komnas HAM RI turut membantu mengawal kasusnya ini sehingga tidak diintervensi oleh oknum-oknum tertentu.

"Jadi, beta memohon dukungan dari PWI dari Bursel, PWI Provinsi, PWI Pusat dan kalau bisa juga dari Komnas HAM bisa memberikan support dan dukungan terkait persoalan ini. Karena memang ada dugaan kuat ini ada kaitannya dengan pemberitaan-pemberitaan selama ini di Bursel," pintanya.

Sebab, jika kasus-kasus seperti ini dibiarkan dan tak ada efek jerah bagi pelaku maupun otak intelektualnya, maka ditakutkan kedepan aka nada korban-korban penganiayaan seperti yang ia alami.

"Jadi, selaku anggota PWI yang juga sudah lulus Ujian Kompetensi Wartawan (UKW) yang punya legalitas UKW, saya memohon dukungan dari PWI dan aliansi jurnalis yang lain sehingga kedepan jangan sampai ada lagi kasus-kasus yang sama seperti yang beta alami," pintanya.

Tak hanya itu, jajaran kepolisian Polres Buru, Polda Maluku maupun Mabes Polri pun diminta untuk mengawal penanganan kasus yang sementara ditangani Mapolsek Namrole itu.

"Beta juga meminta dukungan dari pihak kepolisian, baik Polsek, Polres, Polda Maluku maupun Kapolri juga kalau bisa mengawal kasus ini sehingga kasus ini benar-benar transparan bagi kami jurnalis yang ada di Bursel, dan Maluku pada umumnya seluruh jurnalis di Indonesia agar kasus-kasus pemukulan terhadap wartawan tidak kembali terjadi, karena kasus ini diduga ada kaitan dengan pemberitaan selama ini," tuturnya.

Sementara itu, Syarifudin Pellu, pelaku pemukulan mengaku aksi pemukulan yang dilakukan oleh dirinya terhadap Nardo karena disuruh oleh kebarat dekat Bupati Bursel Tagop Sudarsono Soulissa yakni Du Suolissa yang sehari-hari bekerja sebagai Supir Bupati.

"Du yang suruh. Supir Bupati," kata Syarifuddin kepada wartawan di Mapolsek Namrole, Senin (18/03).
Menurut Syarifudin, Ia disuruh langsung oleh Du Soulissa yang datang langsung ke kediamannya di Masnana kendati tak ada imbalan apa-apa.

"Di rumah di Masnana dua minggu lalu, tidak kasih uang," ungkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan itu.

Syarifufin mengaku bahwa Du Soulissa beberapa kali meminta ia melakukan pemukulan terhadap korban dan bahkan menunjukkan korban secara langsung kepada dirinya disaat korban sementara santai di teras kos-kosan.

"Du yang tunjuk orang (korban-red) langsung. Waktu itu lagi duduk di teras," ucapnya.

Sementara itu, selain telah memeriksa korban Bernardo Leluly, polisi juga telah meminta keterangan dari istri Bernardo yakni Marna Lamaloang dan salah satu saksi lainnya, yakni Elvis Pelasula serta tersangka Syarifudin Pellu. (AZMI)

Subscribe to receive free email updates: