Reni Romaulina |
Bandung, Info Breaking News - Kisah inspritaif dari seorang wanita tangguh ini menjadi viral karena sangat memotivasi banyak orang untuk tetap semangat berjuang meraih sukses sambil menjagai masa depan keluarga lainnya. Walaupun setelah menghadapi terpaan ujian ditinggal sang ibu saat berkuliah, kini Reni Romaulina (23), wisudawati berprestasi ITB, masih akan menghadapi tantangan dan perjuangan selanjutnya.
Reni akan menghadapi persoalan berat menjadi tumpuan keluarga melanjutkan perjuangan orangtuanya.
Reni merasa bertanggungjawab atas adik-adiknya dan mengurusi segala keperluan hidup di rumahnya.
Oleh karena itu, untuk mencukupi dan menambah biaya hidup sewaktu kuliah bahkan sampai sekarang, Reni mengikuti kelas bisnis lalu diaplikasikan dengan usaha jualan buku dan membantu mempromosikan sebuah jasa.
Reni mengaku, karena masih berada dalam kondisi ekonomi yang terbatas, dia pun harus sering mencari promo-promo di toko untuk dijual kembali kepada temannya.
"Saya cari kesempatan ikut kelas bisnis, setiap hari minggu, kami disuruh ada kegiatan jualan buku, jasa, jual brand, saya tawarin ke teman-teman juga ke alumni bukunya. Pemeriksaan jantung, jasa itu saya alamin tawarin ke teman, jadi pada berangakat ke sana. Dari situ lumayan, semua saya jabanin yang penting halal," ujar Reni saat ditemui media di kawasan Kampus ITB, Jalan Ganeca, Kota Bandung, Kamis (1/11/2018).
Reni merasa hal itu patut dia syukuri. Dia merasa, saat ini masih ada jalan dan perjuangan yang mesti dia tempuh.
Jiwa berjualan dan patah arang itu, ujar Reni, dia dapatkan dari ibunya yang juga sebelumnya seorang pedagang yang tak kenal letih dan merupakan sosok yang tangguh.
Reni sendiri mempunyai tiga orang adik yang mesti dia bimbing.
Adiknya yang pertama bernama Rikardo Silaban, sudah lulus SMA dan tengah mencari pekerjaan; adik keduanya adalah Nia Silaban yang merupakan mahasiswi Unpad jurusan hubungan internasional dan mahasiswa penerima Bidikmisi; dan adik ketiganya, Rosdiana Angelina Silaban sekarang masih bersekolah di kelas 1 SMAN 1 Purwakarta.
Kini Reni hanya tinggal berempat di rumah yang disewanya di Purwakarta.
Kendati demikian, sementara ini Reni terbantu neneknya yang datang dari Medan untuk ikut mengurusi adik-adiknya di Purwakarta.
Adapun setelah lulus ini, kini Reni pun tengah berusaha segara mencari kerja. Karena beasiswa sekarang sudah terputus, saatnya bagi Reni untuk mencari uang sendiri untuk membiayai kebutuhan rumah serta adik-adiknya.
Reni sangat berharap mendapatkan pekerjaan yang dapat mencukupi kehidupannya serta adik-adiknya.
Dia bercita-cita ingin bekerja di BUMN. Reni berencana akan mencari kerja di Purwakarta, mengingat pesan ibunya untuk menjaga adiknya-adiknya.
"Maunya sih mau cari kerja tapi kalo bisa deket dengan adik, mamah berpesan, tinggal dengan adik biar mereka enggak merasa sendiri, didikan masih penting untuk mereka," ujar Reni.
Sementara ini, biaya hidup sehari-hari Reni dan ketiga orang adiknya berasal dari sisa tunjangan beasiswa Reni, sisa dari para donatur, dan hasil dari berjualan buku dan jasa.
Sebelumnya, Reni mengaku sangat bersyukur dapat berkesempatan mengenyam studi di jurusan teknik lingkungan ITB.
Reni menganggap, menjadi bagian dari keluarga ITB khususnya teknik lingkungan, merupakan anugerah.
Dia menjelaskan, di teknik lingkungan, mahasiswa sangat dituntut siap untuk hadir di masyarakat. Bahkan, mendengar pengalaman dosen yang dibagikan kadang bisa menjawab permasalahan di masyarakat.
Hal itu pula yang membuat Reni termotivasi dan optimis untuk berusaha mendapatkan peruntungannya.
"Enggak ada istilah nganggur khususnya untuk lulusan teknik lingkungan. Ini juga yang menjadi harapan saya ke depan," ucapnya.
Reni mengaku, tidak ingin menyia-nyiakan perjuangan ibunya untuk adik-adiknya.
Dia pun ingin adik-adiknya memiliki kesempatan yang sama dengannya, yaitu berkuliah.
Dirinya sangat bersyukur sudah banyak ditolong oleh orang-orang yang baik.
Reni bermaksud ingin menjadi orang-orang yang baik sebagaimana orang yang telah menolongnya.
Jika berkesempatan, dia ingin meneruskan perbuatan dari orang-orang yang telah membantunya.
Reni tidak ingin hanya bisa menerima pemberian dan belas kasih semata.
"Saya ingin mereka merasakan indah nya berbagi," ucapnya.*** Putri Emilia.