Tak Ingin KBM Terganggu, Mendikbud Perbanyak Tenda Kelas Darurat di Lombok

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

Jakarta, Info Breaking News – Rentetan bencana alam gempa bumi yang belakangan ini kerap mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat menimbulkan trauma bagi para siswa dan guru setempat dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar (KBM).

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy  menyebut pihaknya bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat memutuskan untuk memperbanyak jumlah tenda kelas darurat di wilayah pengungsian demi menjamin berjalannya proses KBM siswa.

"Meski di tempat bencana siswa harus tetap belajar. Kemdikbud bertanggung jawab bagiamana menjamin proses belajar siswa itu tidak terganggu. Kalau dia (siswa, Red) ada di tempat pengungsian, maka kami akan perbanyak tenda kelas darurat," kata Muhadjir di Jakarta.
Hingga saat ini sudah tercatat ada 164 tenda darurat yang dibangun dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan. Mendikbud menjamin keamanan tenda-tenda yang dibangun karena semuanya sesuai berdasarkan standar UNICEF.
KBM ditenda darurat tentu berbeda dengan di kelas. Pasalnya, kegiatan KBM tersebut tidak berdasarkan sekolah. Namun, semua siswa dalam pengungsian dapat belajar bersama agar tetap memiliki semangat untuk belajar dan tidak ketinggalan mata pelajaran.
Muhadjir berharap dengan diadakannya proses KBM di tenda-tenda darurat dapat membuat siswa bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan, sekaligus mengurangi trauma. Pasalnya, banyak siswa dan guru trauma datang ke sekolah, sehingga mereka harus didorong ke lokasi yang aman untuk tetap belajar.
"Anak didorong untuk belajar. Itu penting agar anak bisa beradaptasi dan mengurangi trauma. Jadi jangan sampai anak dilarang untuk ke sekolah, justru harus didorong, karena pembelajaran di tenda tenda darurat bukan hanya tentang mata pelajaran tetapi juga untuk melakukan trauma healing," tuturnya.
Tenda kelas darurat digunakan selama siswa di pengungsian, sambil menunggu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membangun sekolah semipermanen yang harus memakan waktu tiga hingga empat bulan. ***Nadya

Subscribe to receive free email updates: