New York, Info Breaking News - Harga minyak mentah naik pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB (18/8), Namun secara mingguan pada pekan ini melemah karena kekhawatiran kelebihan pasokan akan membebani pasar AS.
Selain itu, konflik perdagangan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan mengurangi permintaan minyak.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik US$ 0,45 atau 0,7 persen, menjadi US$ 65,91 per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$ 66,39.
Sementara patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober, naik US$ 0,40 atau 0,6 persen menjadi US$ 71,83 per barel di London ICE Futures Exchange, setelah menyentuh level tertinggi US$ 72,49 pada awal sesi.
Minyak mentah AS turun untuk minggu ketujuh berturut-turut, dan patokan global Brent turun untuk minggu ketiga berturut-turut. Untuk minggu ini, Brent turun 1,4 persen dan minyak mentah AS turun 2,6 persen.
"Salah satu akibat kekhawatiran jumlah permintaan Tiongkok turun jika pertumbuhan PDB Tiongkok melambat," kata anggota pengelola di Tyche Capital Tariq Zahir, di New York.
Sementara data pemerintah AS minggu ini menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah, dengan produksi meningkat. "Investor tetap berhati-hati karena kenaikan persediaan mengejutkan pada Rabu (15/8) di AS masih segar dalam pikiran mereka," kata bank ANZ, Jumat (17/8).
Jumlah rig pengeboran minyak AS, sebuah indikator produksi mendatang, tidak berubah minggu ini di 869 rig, jauh lebih tinggi dari 763 rig yang beroperasi setahun lalu, menurut perusahaan energi Baker Hughes.
Penyeret utama harga adalah prospek ekonomi suram karena ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dan melemahnya mata uang negara berkembang yang membebani pertumbuhan dan konsumsi bahan bakar.*** Novie Koesdarman.