Berburu Sunrice Di Bukit Matahari




SUKAPURA,Minggu dini hari (24/9) sekitar pukul 02.30, terdengar suara motor menderu-deru di halaman rumah Kepala Desa Sapikerep, Kecamatan Sukapura, Suwandi. Mereka adalah ojek gunung yang tiap harinya mengangkut sayuran hasil panen warga untuk di bawa ke pasar. Termasuk mengangkut sayuran milik Suwandi.




Rutinitas seperti itu menjadi aktivitas sehari-hari warga setempat. Padahal, pada jam-jam itu, matahari belum beranjak dari peraduannya. Dan, kedatangan mereka menjadi penanda bagi sejumlah fotografer yang sejak semalam menginap di rumah kades. Tujuan mereka adalah menjemput matahari terbit.

Para juru foto itu langsung melakukan persiapan. Tak hanya peralatan memotret, mereka juga harus melindungi tubuh dengan jaket dan baju hangat dari dingin yang menusuk tulang. Nah, sebagian dari tukang ojek yang berada di depan rumah kades tersebut, menjadi tumpangan para fotografer.



Setelah semuanya siap, perjalanan menuju kemunculan matahari terbit dimulai. Semula rombongan tidak membayangkan akan melewati jalur yang ekstrem. Namun, setengah perjalanan kemudian jalur berubah.



Bagi tukang ojek, rute menantang ini sudah biasa. Tetapi bagi rombongan itu, menjadi pengalaman baru. Maklum, jalan tersebut hanya cukup dilalui oleh satu kendaraan saja. Dan, di satu sisinya, adalah jurang yang dalam. Tak jarang, fotografer-fotografer ini berpegangan erat pada para tukang ojek. Sesekali kendaraan yang ditumpangi salah satu dari rombongan terjatuh, setelah motornya menikung tajam.



Namun, sulitnya medan, tak menyiutkan nyali rombongan untuk tetap berangkat ke lokasi yang diberi nama bukit Matahari. Diberi nama bukit matahari karena di kawasan setempat banyak terdapat bunga matahari dan sangat cocok untuk melihat matahari terbit.







Setelah beberapa menit melalui jalur yang cukup membuat jantung serasa mau copot. Rombongan akhirnya tiba di lokasi tujuan. Setelah turun dari motor, rombongan masih harus berjalan sekitar 15 menit.



Rombongan tiba di lokasi sekitar pukul 04.30. Tak perlu berlama-lama, para juru foto ini mempersiapan peralatan tempurnya untuk mengabadikan momen alam yang akan terjadi. Tepat pukul 05.20, raja siang mulai menampakkan diri. "View-nya bagus. Tidak rugi datang ke sini, meskipun medannya berat," kata salah seorang fotografer, Zulkifli.



Bukit yang berada di ketinggian sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, pemandangan sejumlah gunung di sekitarnya terlihat. Mulai Gunung Argopuro, Gunung Lemongan, Gunung Kedasih, Gunung Sambinongko, dan Gunung Duk.





Zainal Arifin, fotografer Jawa Pos Radar Bromomengatakan, lokasi bukit yang belum banyak terjamah manusia itu, menjadi keistimewaan tersendiri. "Bagi Anda yang suka fotografi, wajib untuk mencoba spot yang ada di sini," ucapnya.



Suwandi mengatakan, bukit Matahari sebelumnya dikenal oleh warga sekitar dengan sebutan Keduk'an atau Gunung Entong. Karena bentuknya yang mirip dengan entong nasi. Karena dari lokasi itu, banyak bunga matahari dan juga matahari terbit terlihat bagus, maka warga kemudian menjuluki Gunung Keduk'an menjadi bukit Matahari.



Yulius Christian, camat Sukapura yang juga mempunyai hobi fotografi mengatakan, spot pengambilan foto sunrise di bukit Matahari ini berbeda dengan lokasi lain. "Di sini lebih bagus. Selain melihat gunung, di sini kita juga bisa melihat lautan," ujarnya.(jawapos)

Sumber : jawapos

Subscribe to receive free email updates: