Cegah Kabur, Warga Binaan Lapas Istighosah


Senin, 08 Mei 2017  19:42




MOJOKERTO(BM)-Minimnya sarana dan prasaran di Lapas selama ini yang menjadi alas an utama. Seperti Lapas kelas IIB Mojokerto yang memiliki luas area hunian 50x75 meter persegi, di jalan Taman Siswa Koya Mojokerto ini, dihuni 641 warga binaan. Masing-masing 230 tahanan dan 411 napi. Akibatnya, kondisi jauh dari ideal lantaran kamar 5x6 meter dihuni sampai 50 orang. "Saat ini, sudah over kapasitas hingga 300%, normalnya dihuni 200 orang," ujarnya.
Selain over kapasitas juga pengawasan yang minim di dalam lapas. Jumlah sipir saat ini hanya 20 orang. Penjagaan selama 24 jam, dibagi dalam tiga shift. Praktis setiap waktu, dengan jumlah penghuni yang membludak, Lapas Mojokerto hanya dijaga 5 sipir.

"Dibandingkan jumlah warga binaan, jumlah petugas kami sangat kurang. Idealnya setiap shift dijaga 14 orang. Inilah yang sebenarnya menjadi akar dari semua persoalan di lapas," keluhnya.
Kondisi seperti itu sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Puncaknya, di Lapas Mojokerto napi ada yang pernah kabur. Tak hanya itu, keributan maupun perkelahian di dalam lapas pernah terjadi.
Sebagai upaya perlu adanya mendekatkan diri kepada sang pencipta, khususnya warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIB Mojokerto terus dilakukan, salah satunya dengan mengadakan istighosah, Senin (8/5). Kegiatan religius ini bertujuan agar warga binaan ikhlas menjalani masa hukuman sehingga tak nekat kabur dari Lapas.
"Kegiatan spiritual ini untuk mengantisipasi kerusuhan dan napi kabur. Supaya warga binaan bisa ikhlas menjalani hukuman pidananya karena perbuatannya, di Lapas mereka kami bina supaya menjadi orang yang lebih baik," kata Kepala Lapas Mojokerto Muhammad Hanafi. 
Seperti pada 2 Oktober 2016, dua napi kasus curat dan narkoba kabur dari sel isolasi dengan cara menjebol plafon menggunakan gergaji besi. Sementara pada 23 Agustus 2015, terjadi perkelahian antara napi kasus penganiayaan dengan napi kasus narkoba.

Perkelahian dipicu hutang itu nyaris memicu kerusuhan antar kelompok napi di dalam lapas. Situasi kembali kondusif setelah petugas memindahkan empat napi ke Lapas Jombang.
Masih kata Hanafi, pihaknya menggunakan pendekatan spiritual yakni seluruh warga binaan Lapas Mojokerto diajak mengikuti istighosah.
Pada kondisi Lapas yang over kapasitas itu, Hanafi berharap kepada kepolisian dan Badan Narkotika Nasional (BNN) di daerah agar melakukan assesment terhadap para pelaku kasus narkotika. Hal itu bertujuan untuk memilah para pelaku tergolong pengedar atau sekadar pecandu. Karena 30% penghuni lapas saat ini terkait kasus narkotika.
"Mereka sebagian kan pecandu yang harusnya mendapatkan rehabilitasi medis. Lapas bukan tempat orang rehabilitasi, itu ranahnya medis," tegasnya. Hanafi menambahkan over kapasitas yang terjadi selama ini karena Lapas digunakan untuk menampung warga binaan dari Kabupaten dan Kota Mojokerto. Atas kondisi itu, pihaknya berharap kepada pemerintah daerah agar melakukan pemekaran dengan membangun lapas baru di wilayah kabupaten.
"Sebagaimana amanah KUHAP, setiap kota dan kabupaten perlu dibangun lapas, tentunya dibarengi pengadaan petugas pemasyarakatan terlatih," pungkas mantan Kalapas Bondowoso.(moj/dra)

OTHER NEWS

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :