http://ift.tt/20kt43r - Berita Terbaru Terkini Hari Ini - Sebuah situs event organizer (EO) ternyata menjadi ajang prostitusi online dibongkar Polda Metro Jaya, yaitu http://ift.tt/2b6oQxK lewat situs tersebut mucikari menjual PSK kelas atas dari kalangan model, pramugari, dan sales promotion girl (SPG).
Pramugari dan model dijual dengan harga Rp 5 juta hingga Rp 7 juta sekali kencan
Dimulai dari cewek cantik tetapi bukan artis yang biasanya berprofesi sebagai SPG atau usher. Tarif mereka untuk kencan short time (tiga jam) berkisar antara Rp 3 juta sampai Rp 10 juta.
Di jenjang berikutnya ada model foto atau model majalah. Untuk kelas ini tarifnya adalah Rp 10-Rp 15 juta.
Kemudian ada penyanyi atau artis sinetron yang baru mengorbit. Karena wajah mereka lebih terkenal dari model foto, harganya pun melambung menjadi kisaran Rp 20-Rp 30 juta.
Dan di puncak adalah kelas pemain sinetron dan penyanyi yang sudah punya nama. Tarif mereka sangat bervariasi, sekali lagi, tergantung dari seberapa tenar sosok mereka di mata publik.
Bela, muncikari papan atas yang membawahi beberapa artis dan model mengatakan, ani-ani yang sudah punya nama tarifnya paling murah adalah Rp 30 juta. Bahkan dia menyebut ada artis yang meminta sampai ratusan juta rupiah.
Pada portofolio yang ada di website itu, ada tiga kota yang menjadi asal talents yakni Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Ratusan foto wanita cantik terpajang portofolio lengkap dengan namanya.
Belum diketahui apakah wanita-wanita yang ada foto-foto itu termasuk dalam jaringan prostitusi.
Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran mengatakan, terbongkarnya bisnis prostitusi online yang menjual para model cantik, pramugari dan SPG bermula dari kecurigaan polisi yang menemukan sebuah situs penyewaan model dan SPG untuk acara-acara.
"Setelah ditelusuri, ternyata jasa penyewaan itu hanyalah kedok prostitusi. Seorang muncikari dan model sudah ditangkap," ujar Fadil Imran,
Tim Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya menangkap seorang muncikari berinisial AN dan seorang model berinisial T yang menjadi PSK. AN dan T ditangkap di sebuah hotel di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.
Kasubdit IV Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP Roberto Pasaribu mengatakan, admin situs prostitusi tersebut mengaku sebagai penyalur jasa model, pramugari, dan SPG.
Dia menampilkan foto-foto dan data diri wanita muda berparas cantik.
Untuk membongkar kasus tersebut, polisi melakukan penyamaran dengan memesan model dan pramugari yang ditawarkan di situs tersebut.
"Ini berawal dari kecurigaan petugas cyber crime yang menemukan sebuah situs penyewaan model dan SPG untuk acara-acara. Setelah ditelusuri, ternyata jasa penyewaan itu hanyalah kedok prostitusi," kata Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran, kemarin.
Saat ini, kata Fadil, seorang mucikari berinisial AN dan model yang berinial T sudah ditangkap.
Mucikari dan model itu ditangkap setelah polisi menyamar menjadi pelanggan yang ingin menyewa model. "Admin situs tersebut mengaku sebagai penyalur jasa model, pramugari, dan SPG, menampilkan foto-foto dan data diri wanita muda berparas cantik. Polisi kemudian melakukan penyamaran untuk transaksi undercover buy," kata Kasubdit IV Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Roberto Pasaribu.
Ia mengatakan sang mucikari hanya mau berkomunikasi lewat Whatsapp dan BBM. AN menawarkan pramugari dengan tarif Rp7 juta untuk sekali kencan. "Setelah mengaku tak punya uang sebanyak itu, petugas ditawari seorang mantan model berinisial T dengan tarif Rp5 juta per sekali kencan," ungkapnya.
Setelah melihat keseriusan calon pelanggannya, AN juga mengirim foto-foto dan data diri sejumlah wanita lainnya dengan tarif bervariasi.
Polisi melakukan komunikasi dengan AN yang lewat WhatsApp (WA). Rupanya AN hanya mau berkomunikasi dengan pelanggannya lewat WhatsApp dan BBM (Blackberry Messenger), bukan lewat situs yang dikelolanya.
Dikatakan Roberto Pasaribu, AN lantas mengirimkan daftar sejumlah wanita, lengkap dengan foto, umur dan tarif PSK tersebut. AN sempat menawarkan seorang pramugari berinisial V dengan harga Rp 7 juta untuk sekali kencan.
Setelah mengaku tak punya uang sebanyak itu, petugas ditawari seorang mantan model berinisial T dengan tarif Rp 5 juta sekali kencan. AN juga mengirim foto-foto dan data diri sejumlah wanita lainnya dengan tarif bervariasi.