Menurut dia, survei-survei yang dirilis belakangan ini menunjukkan bahwa elektabilitas kedua pasangan calon bergerak cukup drastis di menit-menit terakhir.
Pasangan Ahok-Djarot yang awalnya sempat tertinggal, kini justru unggul tipis dari rival mereka Anies-Sandi.
Contohnya survei Charta Politika yang menempatkan elektabilitas Ahok-Djarot di angka 47,3 persen dan Anies-Sandi di 44,8 persen.
"Pasalon nomor tiga trendnya sudah mencapai titik tertinggi namun perlahan turun. Ini artinya memang isu agama, sara, ras dan penistaan agama pelan-pelan diabaikan oleh pemilih rasional," katanya di Rumah Pemenangan Cemara, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4).
Sebatian mengatakan, warga ibu kota menggunakan rasionalitas yang tinggi dalam memilih calon pemimpin mereka.
Karenanya, meski sempat terpengaruh isu penodaan agama, mereka cepat mengubah sikap seiring munculnya fakta persidangan yang meringankan Ahok.
Sementara itu, lanjut Sebastian, semakin hari warga tambah mengenal program-program yang telah disampaikan kedua pasangan calon.
Mereka mencoba menilai, program mana yang hanya sebatas gagasan atau bisa direalisasikan dengan langkah-langkah taktis.
"Ini mempengaruhi pemilih," jelasnya.
Namun, Sebastian mengingatkan bahwa coblosan masih lima hari lagi. Meski masa kampanye telah berakhir, masyarakat akan tetap menilai pasangan calon hingga detik terakhir di bilik suara.
Karenanya, harus disadari bahwa masih banyak hal yang bisa menyebabkan perubahan drastis dalam rentang waktu tersebut.
Jika ada satu kasus atau permasalahan besar kembali menimpa Ahok-Djarot, tidak tertutup kemungkinan perolehan suara mereka 19 April mendatang berbeda jauh dari hasil survei.
"Apakah paslon dua berhasil maintain (suara), atau malah berbalik. Jangan sampai melakukan langkah yang fatal, bisa terjun bebas," terangnya. [src/jpnn]