Foto: Dok. Alex Waisimon, pengagas eko wisata dan ekonomi kreatif asal Genyem, Jayapura/KM |
Jayapura, Kabarmapegaa.Com -- Isyo Hills Bird Waching ialah tempat eko wisata dan ekonomi kreatif. Ada di kampung Rehepang Muaif distrik Nimbokrang kabupaten Jayapura. Jarak tempunya tidak terlalu jauh, berkisar 100 km dari Sentani ibu kota kabupaten Jayapura. Kalo menggunakan kendaraan bisa telang waktu 1 - 2 jam.
Isyo Hills Bird Wacthing memiliki luas tanah ± 98.000,00 haktar. Luas area ini diserahkan langsung oleh masyarakat 10 suku, yakni Demogrey, Wouw, Demotekay, Kasmando, Kekrei, bano, Tecuari, Wondo, Yenteo dan Waisimon. Luas tanah tersebut seutuhnya menjadi hutan lindung. Masyarakat sepakat lindungi hutan dan habitat yang hidup di dalamnya.
Dari 98.000,00 haktar tanah, mencakup tiga distrik, yakni Nomboran, Nimbokrang, dan Gresik. Laus tanah itu juga termasuk daerah pemukiman masyarakat pribumi setempat dan seluruh pemukiman daerah trans. Penyerahan tanah disertai dengan pernyataan para tokoh adat, kepala kampung dan semua pihak yang berkepentingan. Isyo Hills Bird Wacthing dibagi dalam dua wilayah, yaitu Tabo dan Kutu.
Tabo mencaku dataran pegunungan, mulai dari Nombokrang sampai ujung danau Sentani. Dari dataran pegunungan ini terdapat banyak habitat. Wilayah Tabo mempunyai potensi alam yang cukup menarik. Didalamnya ada sekitar 18 danau. Ada pula air terjun yang indah dalam hutan. Selain ada juga kali dan sungai dengan beberapa yang tidak asing di telinga kita. Salah satunya adalah Komodo.
Tidak hanya itu banyak macam – macam hewan lain seperti burung cenderawaih, mambruk, kasuari, rusa, ayam hutan, kuskus, burung hantu, kelelawar, dan lain sebagainya. Banyak tumbuhan dan pohon – pohon indah termasuk tanaman agro asli daerah setempat. Banyak tumbuhan dan binatang menarik lainya yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
Sementara Kutu mencakup dataran rendah termasuk wilayah pesisir pantai. Eko wisata dan ekonomi kreatif wilayah pesisir tidak kalah indahnya dari Tabo. Selain itu ada beberapa kali yang berujung pada muara di sekitar lautan. Disini juga mempunyai potensi alam. Didalamnya ada ikan, buaya, penyu, gurita, ikan hiu dan lain sebagainya. Ada satu goa dan didalamnya terdapat banyak kelelawar.
Pantainya bersih. Lingkungan pemukimannya sehat. Uniknya, fasilitas akan disiapkan oleh pengurus Isyo Hills Bird Wacthing. Untuk pengunjung peralatan mandi, berenang, mancing termasuk speatboat akan selalu tersedia. Tinggal bagaimana pengujung datang dan melakukan perjalanan wisata disana. Senja di akhir sore sangat indah. Disamping itu, pengunjung bisa ke pulau – pulau kecil mengunakan fasilitas yang disebutkan tadi.
Keamanan dan ketertiban lingkungan cukup mendukung. Hal itu didukung dengan adanya kesepakatan dan komitmen yang dilakukan semua komponen masyarakat 10 suku termasuk masyarakat trans yang berada di daeah ini. Jadi, jangan heran kalau pergi kesana aman – aman. Karena partisipasi masyarakat untuk menjaga keamanan dan kenyamanan demi menciptakan wisata di daerah ini sangat besar.
Keindahan eko wisata dan ekonomi kreatif di tempat ini, tidak kalah saing dengan tempat wisata lain yang di Indonesia. Buktinya apa, "Isyo Hills Bird Wacthing" masuk 10 nominasi wisata terbaik di Indonesia. Alex Waisimon, pengagas eko wisata dan ekonomi kreatif asal Genyem, Jayapura ini akan jadi tamu terhormat. Ia akan mewakili Papua pada acara ulang tahun Metro TV pada akhir pekan (04/03/2017).
Hampir 500 pengunjung dari belahan dunia sudah berkunjung di tempat wisata ini. Pada 2016 lalu duta besar AS untuk Indonesia sempat berkunjung. Banyak turis asing dari AS, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Spayol, Australia termasuk wisatawan lokal datang di tempat eko wisata dan ekonomi kreatif ini. Biasanya wisatawan yang datang menhabiskan waktu 1 – 15 hari.
Mengunjungi spot – spot yang telah disiapkan oleh pengelolah. Untuk melihat atau memotret hewan dan lainya, sudah disiapkan memang. Bisa mengunjungi beberapa tempat dan melihat langsung keindahan serta merasakan kesejukan yang bebas. Pada pukul 03:00 atau 04:00 pagi sudah bangun dan menuju ke spot–spot guna melihat ataupun memotret segala macam keindahan serta keunikan yang ada disana.
Tempat akomodasi telah disipkan. Sementara ini ada 1 kamar ukuran luas 4x6 cm dilengkapi dengan peralatan tidur termasuk toilet. Sehari tiga kali konsumsi untuk minum dan dua kali untuk makan. Harga untuk wisatawan lokal satu juta lima ratus per orang atau rombongan. Sementara bagi wisatan asing berkisar satu sampai tiga juta. Kisaran tersebut termasuk biaya antar ke hutan dan pantai juga termasuk penggunan fasilitas yang disiapkannya.
Selain itu, menurut Waisimon akan membuka sekolah alam Papua. Baru–baru ini, pemerintah kabupaten Jayapura telah meletakan batu pertama. Sekolah tersebut nantinya akan mengutamakan anak asli Papua secara umum. Tempat ini juga menurut Waisimon akan menjadi pusat penelitian untuk eko wisata dan ekonomi kreatif Papua. Selain itu, pihaknya sudah memiliki planing kedepan untuk membuka cabang di beberapa daerah di Papua.
"Kalo disini sudah bangun dan berjalan lancar. Kami akan bangun tempat wisata lain diantaranya Biak, Raja Empat, Wamena dan Jayapura. Jadi kalo tamu dari luar datang, tinggal kita mengarahkan mereka. Tergantung tamu itu mau berkunjung kemana", katanya kepada wartawan kabarmapega.com di Nimbokrang (28/02/2017).
Bahkan pihaknya tengah berusaha menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait dan berkompeten. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan eko wisata dan ekonomi kreatif Papua. Dari pantauan Kabarmapega.com, sementara ini pihaknya tengah membangun ruang serba guna dengan ukuran 21x10. Gedung tersebut menghabiskan dana kurang lebih empat ratus juta.
Selanjutnya, gedung tersebut akan digunakan untuk tempat belajar sementara, ruang pertemuan, restoran, Caffe, serta tempat tidur. Kalau ada dana tambahan pihaknya akan membangun beberapa pondok demi kepentingan mengembakan wisata Papua. Pihaknya optimis sampai 2019 beberapa bangunan dapat berdiri dan 2020 membuka cabang di beberapa kabupaten/kota di Papua.
Selain itu, staf Isyo Hills Bird Wacthing, Marthen mengharapkan agar banyak pengunjung atau wisatawan lokal maupun asing datang. Ia berharap agar orang Papua mulai berpikir tentang perlindungan hutan dan menjadikan sebagai tempat wisata. Menurutnya, Papua itu memiliki potensi alam (hutan) tapi tidak bisa jaga baik. Ia menegaskan kekayaan hutan tersebut harus dijaga baik untuk kepentingan anak cucu kelak. Bukan untuk menebang pohon dan jual untuk kepentingan perut semata.
Liputor : Soleman Itlay
Editor : Frans Pigai