Seruan Tangkap Ahok, Diantara Cerita Fenomena Hujan 212 dan Gempa Bumi Aceh...

Tangkap Ahok, di Antara Cerita Fenomena Hujan 212 dan Gempa Aceh

Penulis : Nolwi

Tangkap Ahok Diantara Cerita Fenomena  Hujan Saat 212 dan Gempa Aceh. "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang bangga dengan dosa-dosa". Sepenggal kutipan lagu dari Ebiet G Ade, mengingatkan  kembali agar kita tak bangga dengan dosa-dosa.  Karena seolah zaman telah berubah siapa yang paling kencang berteriak untuk menuduh orang lain sebagai penghujat atau penista. 

Maka dialah disanjung seolah bagai orang suci yang paling mendekati pintu surga. Adalah refleksi  buat kita semua, bahwa Tuhan telah menunjukkan peringatan dengan tanda-tanda alamnya. Agar kita segera  menyadari akan kelakukan kita. Yang tak bisa lagi membenarkan mana kebenaran yang benar adanya dengan kebenaran yang dibuat-buat  seperti seolah-olah sesuai dengan rekayasa si peng klaim kebenaran itu sendiri. 

Faktor pertama : Masih ingat dengan cerita 212 bagaimana Presiden Jokowi dengan payung birunya tetap datang untuk menghadiri acara tersebut dan  diikuti dengan rasa khawatiroleh  para pembantu beliau atas peristiwa itu. Tadinya acara doa  yang berjalan lancar sampai selesai acara dan diakhiri dengan sedikit kata sambutan ringan dari Presiden Jokowi. 

Setelah itu yang terjadi adalah mendung yang tadi nya mulai menghitam perlahan-lahan berubah  menjadi  hujan semakin deras. Sampai akhirnya satu persatu massa yang tadinya berkumpul,  berlarian mencari tempat perlindungan. Para koordinator lapangan pun sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing. Kejadian  hujannya  nampak  sederhana,  tapi bila kita memaknai dari kondisi yang ada efeknya cukup berpengaruh bagi keamanan doa tersebut.  

Coba lihat saja  dengan hujan, massa yang tadinya  masih berkumpul  dan berbondong siap untuk pulang akan sangat rawan jika ada yang memprovokasinya yakni dengan cara melanjutkan dari doa dan menjadi demo teriakan anti Ahok. 

Lihat saja kita bisa saksikan di TV TV jejer dengan Presiden Jokowi  satu dua orang mulai memprovokasi berteriak tangkap Ahok.  Akan tetapi dengan adanya hujan membuat massa  lebih cenderung untuk menghindari hujan tersebut dari pada mendengarkan yel-yel tangkap Ahok. Tinggal memilih mendengar suara Tuhan dalam bentuk fenomena alam, atau mendengar suara Manusia yang mengatas namakan Tuhan. 

Namun  pada akhirnya seperti kita saksikan pengumpulan massa semakin terurai dan akhirnya membatalkan semua potensi-potensi yang mengarah kepada provokasi. Lagi-lagi campur tangan Tuhan pelan tapi pasti tanpa kita sadari telah hadir dalam acara tersebut. 

Jadi  berterimakasihlah  kepada sang pencipta  hujan yang secara tak langsung ikut mendinginkan suasana dan dengan secepatnya juga menggiring massa,  agar yang kena hujan segera berteduh dan mengambil langkah untuk segera pulang. Jadi tak perlu lagi aparat kepolisian bekerja ekstra, karena fenomena alam ikut membantu tugas mereka. Faktor kedua, ditengah penantian jadwal persidangan Ahok. 

Masih ada juga yang memprovokasi seolah akan dilakukan revolusi jika merasa pengadilan tidak berlaku adil menurut keinginan sekelompok yang  hanya  ribuan orang jika dibanding dengan rakyat Indonesia yang Jutaan tentu tak seberapa.  

Apalagi kabarnya  ribuan orang tersebut , orangnya itu-itu juga. Kemudian ditambah dengan peran media yang selalu memuat  cerita soal-soal persidangan ini, dibumbui berbagai pernak-pernik baik oleh pihak yang pro maupun yang kontra terus di suarakan oleh media yang sudah terkontaminasi dengan kepentingan politik para ownernya. Akhirnya  memang cerita soal Ahok ini seksi untuk selalu di muat sebagai headlines. 

Tapi sekarang dengan adanya bencana alam yang terjadi di Aceh yakni gempa bumi yang berlokasi di sekitaran Pidie. Bahkan  info terbaru  telah memakan korban jiwa sebanyak 99 orang. Maka sejak saat itu hampir setiap jam kita saksikan media-media massa mainstream selalu memuat headlines berita-berita tentang gampa ini. 

Berbagai anak bangsa bahu membahu untuk membantu para korban gempa tersebut. Demikian juga harapan kepada meraka-mereka yang berteriak paling kencang soal Ahok agar  jedah sejenak memfokuskan atau paling tidak ada rasa empati kepada para korban disana. Janganlah lagi berteriak mau revolusi dengan segala provokasinya tetang kasus Ahok, tapi renungkanlah sejenak untuk peduli para korban disana. Bahkan ditengah berkabungnya bangsa ini yang lagi bahu membahu membantu sesama nya yang menjadi korban. Adalah sangat tidak etis jika masih terus bolak-balik nyinyir untuk selalu menghujat Ahok dengan berbagai atas nama yang di labelkan. 

Berteriaklah dengan kencang mari membantu membela anak bangsa yang lagi kena musibah di Aceh. Jika bisa berteriak untuk segera menangkap Ahok dengan kencang dan penuh semangat. Maka mengapa tidak bisa juga teriakan untuk membantu sesama korban di Aceh sekeras bahkan sesolid saat meneriakkan tangkap Ahok. Fenomena alam memang tak dapat di duga kapan dia datang dan kapan dia pergi. 

Untuk itulah butuh manusia yang arif dan cerdas agar mampu membaca tanda-tanda alam tersebut. Hanya manusia tidak cerdaslah dan kurang bergaul serta tak menghargai ke bhinekaan masih akan selalu berpikir curiga. Bisa jadi fenomena alampun akan di anggap sebagai rekayasa pengalihan isu-isu seputar Ahok. 

Anda mau ikutan dengan sekumpulan manusia yang berpikir seperti itu.? Maka jawabannya telah di nyanyikan oleh Ebiet G Ade :"Mungkin Tuhan Mulai Bosan Melihat Tingkah Kita Yang Bangga dengan dosa-dosa".

Selengkapnya : 
http://ift.tt/2h0vO7X

Subscribe to receive free email updates: