[portalpiyungan.com] Sejak siang hingga sore ini, Senin 31 Oktober 2016, lini masa twitter dihangatkan oleh kabar bahwa Komunitas Salihara menerima dana bantuan sosial dari Pemprov DKI pada tahun 2014 dan 2015. Dana bantuan tersebut bernilai 1,5 M.
Dalam situsnya, Komunitas Salihara mengklaim diri sebagai Pusat Seni yang berkiprah sejak 08 Agustus 2008, dan pusat seni multidisiplin swasta pertama di Indonesia.
Menempati lokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas empat unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, Anjung Salihara dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Sementara Sejak 2014 Kompleks Salihara diperluas dengan bangunan baru: Anjung Salihara. Di dalamnya terdapat Studio Tari, Studio Musik, Wisma Seni, Ruang Serbaguna dan Teater Anjung.
Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni.
Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah ataupun kedutaan asing.
Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Kami perlu menegaskan visi ini, karena di Indonesia saat ini, yang sudah menjalankan demokrasi elektoral dalam dua dasawarsa terakhir, kebebasan berpikir dan berekspresi masih sering terancam dari atas (dari aparat Negara) maupun dari samping (dari sektor masyarakat sendiri, khususnya sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama dan suku).
Salah satu pegiat di komunitas Salihara, yang menurut situs Salihara.org menempati posisi kurator adalah Mohamad Guntur Romli.
Di media sosial twitter, Guntur Romli (@GunRomli) yang juga aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Guntur tak segan mengkritik dan mendebat akun-akun yang mempertanyakan kinerja Ahok. Tak jarang, Guntur menggunakan opini-opini pribadi yang tak didasari fakta hanya untuk sekedar mempertahankan argumen dalam membela Ahok.
Siang ini, seorang netizen, Indra Yunaidi (@IndraYunaidi) mengungkap sebuah fakta mengejutkan bahwa ternyata APBD DKI tahun anggaran 2014-2015 telah mengguyur komunitas Salihara dengan dana bantuan sosial sebesar 1,5 M. Bantuan sosial ini tertuang dalam SK Gubernur DKI No. 1818 tahun 2014.
Sementara untuk tahun anggaran 2015-2016, Komunitas Salihara kembali diguyur dan bansos sebesar 1,5 M melalui SK Gubernur DKI No. 2589 tahun 2015.
Apakah ada keterkaitan antara dana bansos dari APBD yang ditandatangani oleh Ahok ke Komunitas Salihara dengan kegigihan Guntur Romli dan istrinya dalam membela Ahok?
Silakan cek dan nilai sendiri kicauan akun @GunRomli dan istrinya, Nong Darol Mahmada (@nongandah).
Sontak data tersebut memicu tanggapan dari netizen.
"Ternyata harganya geng salah arah itu murah banget. 1.5 M udah bisa buat jadi orang nggilani. Lewat semua nalar dan harga diri. Bua ha ha," tulis @awemany.
@alifonly: tapi mereka ngamuk kl dibilang buzzer bayaran...
@adebashir: segitu doang ? Murah amat....