by Zeng Wei Jian*
Saiful Mujani merilis hasil survei dan polling. Saya curiga semua polling dan survei adalah pesanan. Tidak realistis. Namun, dalam ilmu tipu-menipu (the science of lying), kebohongan mesti tidak vulgar. Agar kebohongan itu jadi efektif. Mesti ada serpihan realistiknya.
Salah satu pointer menarik dari polling Saiful Mujani soal "Dukungan berdasarkan sosio-demografi voter" adalah prosentase dukungan kelompok Protestan-Katolik 95.7% pilih paslon Ahok-Djarot (Anjrot).
Nol persen bagi Anies-Uno dan Agus-Silvi. Sisanya tidak tahu/rahasia (4.3%). Batak 83.7% pilih Anjrot. Tionghoa 71.4%. Sedangkan di sisi lain, ada 38.5% muslim pro Ahok.
Artinya, Kristen bulat pilih Anjrot.
Bagi saya, survei ini memberi gambaran betapa fanatik komunitas Kristen Jakarta. Fanatism is Uncritical zeal. Orang-orang Fanatik masuk kategori sub-set of fundamentalist who vote on the basis of their religious affinity.
Bila Saiful Mujani benar, maka komunitas Kristen mengabaikan faktor penting dalam posisinya memilih Anjrot. Ahok membeli lahan milik sendiri di Cengkareng Barat. Komunitas Nasrani mentolerir penistaan yang dilakukan Ahok terhadap Surat Al Maidah 51.
Bila satu komunitas total terjangkit fanatisme, berarti dia juga mengidap "collective mental illness." Keberpihakan ini merupakan simbol dari komponen self-reinforcing group psychosis.
Fanatisme Nasrani Jakarta ini tidak berbeda dengan berbagai contoh fanatisme lain. Bagian dari fenomena global. Sama destruktifnya.
Tahun 2010, di Israel 39 rabbi signed petisi melarang umat menyewakan apartemen kepada orang Arab, pengungsi dan imigran non yahudi.
Saya curiga keberpihakan Kristen terhadap Ahok merupakan ekspresi dari itikad dominasi terselubung. Ketika rasionalitas dicampakan. Padahal mereka minoritas. Gimana jadinya bila mereka mayoritas.
J. Harold Ellens (psikologis-cum-theologian) bilang, "when christianity came to power in the empire of Constantine, it proceeded almost to viciously repress all non-Christians."
Ada seuntai Aphorism berbahasa Jerman. Judulnya "The Virtuous". Ditulis di atas kanvas lukisan cat minyak Vladimir Lenin karya Lena Hades (1996). Aporisma ini didedikasikan kepada Nietzsche (Thus Spoke Zarathustra).
Begini bunyi aporisma itu:
"Ihre kniee beten immer an, und ihre Hande sind Lobpreisungen der Tugend, aber ihr Herz weiss nichts davon"
Dalam Bahasa Inggris berarti:
"Their knees continually adore, and they raise their hands to glorify the virtue, but their heart knows nothing of it"
Aporisma ini cocok buat komunitas Nasrani Jakarta. Di mana mulut penuh glorifikasi akan kebenaran, namun hati memilih Ahok (si penggusur dan penista agama).
"Being a fanatik" berarti menjadi fans sampai mencapai titik terobsesi. Fanatik lebih suka "merasa" daripada "berpikir". Sir Winston Churchill berkata, "a fanatic is one who can't change his mind and won't change the subject."
Obsesi minoritas Kristen mesti dihentikan. Personality dan kebijakan Ahok berbahaya bagi kesejahteraan orang banyak. Dia sering memicu social tension.
Saya berharap komunitas Moslem sekali lagi memainkan tugas sosial politiknya. Muslim mesti menyelamatkan ibukota dari cengkraman "firaun ingusan" (istilah Amien Rais).
Tumbangkan Ahok. Segera...!!
THE END
__
sumber: fb