Agus Harimurti Yudhoyono, bakal calon gubernur DKI Jakarta dari Koalisi Cikeas menginjakkan kakinya lokasi gusuran di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (20/10/2016).
Agus datang untuk meninjau dan menyapa warga di sekitar. Di lokasi bekas gusuran Agus yang datang bersama timnya menyusuri pinggiran Sungai Ciliwung di Bukit Duri.
Dulunya, ratusan rumah ada di tepi sungai tersebut, tetapi kini sudah rata dengan tanah. Pemerintah sedang menormalisasi kawasan tersebut agar sama seperti di Kampung Pulo, Jakarta Timur.
Setelah normalisasi, Kampung Pulo yang dulu langganan banjir, boleh dibilang sudah bebas banjir. Agus terlihat tidak hanya meladeni warga Bukit Duri, tetapi warga Kampung Pulo yang ada di seberangnya, sambil sesekali menoleh dan melambai tangan.
Agus sempat mendengar penjelasan seorang pria kalau Kampung Pulo juga pernah digusur sama seperti Bukit Duri.
"Itu orang Kampung Pulo Pak, RW 03, gusuran juga," kata pria itu mencoba menjelaskan kepada Agus, Kamis siang.
"Orang Kampung Pulo ya, banyakan mana (warganya)," tanya Agus. "Banyakan sini Pak (Bukit Duri)," jawab pria yang tidak diketahui, apakah berasal dari tim Agus atau warga setempat.
Pada kunjungan itu, Agus membaur menyapa warga Bukit Duri tanpa pengawalan ketat. Agus saling menyapa dengan warga, meladeni foto atau bersalaman. Agus berada di Bukit Duri kurang lebih 30-40 menit dengan berjalan kaki di tepi sungai Ciliwung.
Di tempat itu, 363 rumah diratakan untuk dinormalisasi. Sebagian besar warganya direlokasi ke Rusun Rawa Bebek.
Tanpa relokasi
Setelah bertemu banyak warga dan mendengar dialog, Agus mendengar keluhan soal gusuran. Ia menilai pemerintah seharusnya bisa menormalisasi kawasan itu tanpa harus memindahkan warga. Agus meyakini ada solusi baik dan warga harusnya didengar.
Menurut Agus, pembangunan bisa dilakukan tanpa harus memindahkan.
"Membangun tak harus mencabut warga dari habitatnya," ujar Agus.
Akibat dipindahkan, lanjut Agus, warga mesti memulai hidup baru. Padahal, menurut Agus, tidak ada orang yang mau kehilangan tempat tinggalnya. Sebab, akan kesulitan untuk memulai hidup baru di tempat yang baru.
"Karena harus kembali mencari nafkah, kehilangan kerja, harus dari nol mulainya, padahal anaknya masih di sini. Kehilangan tempat tinggal siapapun tidak ingin," ujar Agus.
Apalagi, Agus menilai Bukti Duri merupakan kawasan bersejarah.
"Ini kampung yang terkenal dan historis, siapa yang tidak kenal Bukit Duri," ujar Agus.
Selain itu, warga Bukit Duri masih memproses gugatan di Pengadilan. Namun, lanjut Agus, mereka dengan paksaan digusur. Agus kemudian ditanya awak media lantas bagaimana penggusuran yang manusiawi versi dirinya.
Agus hanya menjawab, "Ya yang jangan main asal gusur, jangan main asal paksa." kata Agus.
kompas.com